11 Hal yang Harus Dilakukan Saat Anak Terapi Wicara

by | Jun 7, 2022 | Keluarga, Tumbuh Kembang

Tumbuh Kembang – Bagi Ayah dan Bunda yang memiliki anak yang telah terindikasi memiliki gangguan keterlambatan bicara atau speech delay, terapi wicara merupakan pilihan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Namun  meskipun orang tua sudah menyerahkan anaknya kepada terapis untuk dilakukan terapi wicara, Ayah dan Bunda tidak bisa lepas tangan.

Sebagai orang tua yang memiliki anak balita tentunya perlu membekali diri dengan pengetahuan tentang pengasuhan anak, khususnya terkait dengan fase tumbuh kembang anak. Sehingga saat anak memiliki gejala keterlambatan dalam fase tumbuh kembangnya segera diketahui dan dicarikan solusinya.

Karena tumbuh kembang yang optimal bagi anak dapat mengantarkannya menuju masa depan yang cemerlang. Dengan tumbuh kembang yang optimal pula diharapkan sang anak dapat memiliki kepribadian yang baik saat ia dewasa kelak.

Terkadang anak dapat mengalami keterlambatan dalam fase tumbuh kembangnya, misalnya terlambat bicara atau speech delay, yang saat ini menjadi momok di masyarakat. Bahkan Ketua DPP Ikatan Terapis Wicara Indonesia (IKATWI) Waspada, S.Kes.Tr, bahwa speech delay lebih dahsyat dari Covid-19. Hal itu disampaikan dalam Simposium Nasional bertajuk Membaca Fenomena Speech Delay: Pendekatan Multi Pihak yang diselenggarakan Yayasan Akses Sehat bersama Generos beberapa waktu lalu.

shireen-aqila-dan-generos

Anak tumbuh dan berkembang bersama Generos

Berdasarkan catatan Waspada, satu dari lima anak akan belajar berbicara atau menggunakan kata-kata lebih lambat dari anak-anak lain seusia mereka. Dengan prevalensi keterlambatan bicara pada anak prasekolah adalah antara 5 persen sampai 10 persen.

Di luar negeri, penelitian di Amerika Serikat melaporkan jumlah keterlambatan bicara dan bahasa anak umur 4,5 tahun antara 5 sampai 8 persen. Sedangkan prevalensi keterlambatan bicara antara 2,3-19 persen. Keterlambatan bicara yang terjadi pada anak-anak semakin meningkat.

Baca Juga  Perhatikan, Ini 2 Dampak Buruk KDRT Bagi Mental Anak

Efeknya, beberapa anak juga akan menunjukkan masalah perilaku karena mereka frustrasi ketika mereka tidak dapat mengungkapkan apa yang mereka butuhkan atau inginkan. Artinya, sekitar 20 persen anak Indonesia mengalami fenomena tersebut.

“Makanya saya bilang lebih dahsyat dari Covid-19. Karena ini besar banget. Kalau dihitung se-Indonesia, berapa juta ini anak,” ujarnya.

Sementara itu, kasus speech delay di era pandemi tidak dipungkiri cukup meningkat. Hal itu disebabkan pemakaian gawai yang berlebihan. Akibatnya, interaksi dan aktivitas sosial anak berkurang.

Jika Ayah dan Bunda mengetahui ada tanda-tanda bahwa si Kecil mengalami terlambat bicara maka sebaiknya segera dilakukan tindakan. Tindakan pertama yang harus dilakukan adalah memberikan stimulasi lebih intensif. Selain itu Ayah dan Bunda juga bisa melakukan cara lain seperti membawa ke dokter untuk dilakukan pemeriksaan atau diagnosis.

Setelah ada diagnosis biasanya dokter akan merujuk ke terapis untuk kemudian dilakukan terapi wicara. Namun ada beberapa hal yang perlu Ayah dan Bunda perhatikan ketika anak melakukan terapi wicara. Berikut beberapa hal tersebut dilakukan untuk mendukung terapi dapat berjalan dengan optimal, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Pemantauan Mandiri

Hal yang dapat dilakukan untuk mendukung terapi adalah dengan memiliki kesadaran untuk melakukan pemantauan mandiri. Para orang tua bisa mengenal tahapan kemampuan tumbuh kembang anak, melakukan pencatatan pencapaian di buku KIA, dan melakukan tes mandiri fungsi pendengaran bayi/anak.

peran-ayah-dalam-tumbuh-kembang-anak

Anak bermain bersama Ayah dan Bunda

2. Menyediakan Waktu dan Sarana

Kedua, meluangkan waktu dan menyediakan media/sarana untuk mendukung kemampuan bicara anak. Contohnya adalah buku-buku bergambar, poster bergambar, nyanyian/lagu-lagu, dongeng cerita, bermain peran, menyusun balok, hingga lilin plastisin.

Baca Juga  Bunda Wajib Tahu! Ini yang Akan Terjadi pada Otak si Kecil Jika Screen Time Terlalu Lama

3. Interaksi Supportif

Ketiga, mendukung interaksi yang supportif dengan anak. Misalnya berbicara dengan kalimat lengkap, komunikasi dua arah, dan menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka.

4. Tidak Mendiagnosa Sendiri

Keempat, Kesadaran kedua orang tua untuk tidak mendiagnosa sendiri tanpa bantuan profesional. Lalu, segera mencari bantuan profesional ketika dibutuhkan.

5. Libatkan Anak dalam Kegiatan Orang Tua

Keenam, melibatkan anak dalam kegiatan bersama orang tua. Dengan begitu maka anak akan merasa bahwa dirinya berharga dan dapat bertindak seperti orang dewasa. Selain itu dengan terlibatnya anak dalam kegiatan orang tuanya dapat menambah wawasan anak serta adanya interaksi dalam kegiatan tersebut juga turut menambah kosa kata anak sekaligus melatih kemampuan bicaranya.

6. Reward

Memberikan reward atau hadiah (berbentuk materiil dan non materiil) atas respons anak yang positif. Jika anak telah berhasil menangkap apa yang diajarkan orang tua atau berhasil mengeluarkan kosa kata baru maka tidak ada salahnya untuk memberikan reward pada anak. Reward dapat berupa pujian atau hadiah kecil seperti mainan edukasi yang juga dapat menunjang stimulasinya di rumah.

7. Mengulang Materi

Mengulangi materi yang diberikan terapis di rumah adalah hal penting yang harus dilakukan jika Ayah dan Bunda ingin si Kecil segera bisa lancar bicara. Karena waktu anak tetap lebih lama di rumah daripada bersama terapis. Sehingga anak bisa saja lupa jika materi tersebut tidak diulang atau diajarkan kembali di rumah. Mengulang materi ini sebaiknya dilakukan dengan durasi 15-30 menit setiap hari.

Baca Juga  Bunda, Kenali Perbedaan Dispraksia Verbal dan Speech Delay Anak

8. Disiplin

Selama terapi, Ayah dan Bunda harus berani untuk tegas dan disiplin serta konsisten dalam melatih anak. Tidak hanya saat anak menjalani terapi saja, bersikap disiplin dan konsisten terhadap aturan yang disepakati bersama anak perlu dilakukan agar anak dapat memahami pentingnya peraturan tersebut.

Misalnya untuk memberikan batas waktu untuk screen time (menonton televisi atau gawai) dengan waktu tertentu. Maka jika waktu bagi anak untuk diperbolehkan screen time habis, anak harus menurutinya. Meskipun anak merengek untuk meminta tambahan waktu, sebaiknya orang tua tidak memberikannya.

9. Dukungan

Hal yang juga tak kalah penting yaitu memberikan semangat dan dukungan kepada anak meskipun ia tengah memiliki kekurangan. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan diri anak.

gangguan-belajar-pada-anak-adalah

Anak sedang berusaha memecahkan soal matematika

10. Tidak Banyak Intervensi

Tidak banyak intervensi di sini maksudnya adalah tidak langsung ikut membantu anak saat anak sedang berusaha mencapai tujuannya. BIarkan anak berusaha dengan kemampuannya sendiri sehingga anak dapat mengejar ketertinggalan dalam fase tumbuh kembang sesuai usianya dengan cepat.

11. Batasi Gawai

Terakhir adalah tidak berlebihan dalam memberikan gawai atau gadget. Setidaknya ada waktu yang bisa menjadi acuan sesuai usianya. Namun jika bisa sebaiknya tidak memberikan gawai sama sekali saat anak tengah menjalani terapi wicara.

Demikian beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua ketika anak telah mengalami speech delay. Jika orang tua dapat menerapkan semua poin tersebut maka diharapkan anak akan segera dapat mengejar ketertinggalannya dan mampu berbicara sesuai usianya. Jangan mudah semangat ya Ayah dan Bunda!

 

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...