fbpx

4 Tipe Pola Asuh yang Pengaruhi Karakter Anak

by | Oct 13, 2022 | Keluarga, Tumbuh Kembang

Tumbuh Kembang – Setelah menjadi orang tua, kini sepasang suami istri memiliki tanggung jawab yang besar yaitu mengasuh anak. Dalam mengasuh anak tentunya tidak dapat dilakukan sembarangan. Karena pola asuh yang diberikan kepada anak-anak akan berpengaruh pada karakter si Kecil.

Perlu diingat bahwa belajar menjadi orang tua yang baik merupakan skill yang sama pentingnya dengan skill yang dipelajari untuk menunjang karir. Maka dari itu setiap orang tua perlu untuk terus belajar dan berlatih dalam mengasuh anak-anaknya. Itu karena kelak karakter anak sangat dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tuanya.

Jadi, cara Ayah dan Bunda menjadi orang tua pada akhirnya yang akan menentukan seperti apa si Kecil kelak. Pada 1960-an seorang psikolog tumbuh kembang di University of California di Berkeley Diana Baumrind melakukan penelitian pada lebih dari 100 anak usia prasekolah. Penelitian ini meneliti tentang beberapa dimensi penting dalam pengasuhan, yang kemudian disempurnakan oleh Eleanor Maccoby dan John Martin pada 1980-an.

Empat Pola Asuh

Dalam penelitian tersebut akhirnya menyimpulkan bahwa ada empat jenis gaya pengasuhan yang memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap karakter anak. Berikut penjelasan dari empat pola asuh tersebut.

Pola Asuh yang Berdampak Buruk pada Karakter Anak

Pola Asuh yang Berdampak Buruk pada Karakter Anak

1. Pola Asuh Otoriter

Dalam gaya pengasuhan ini, anak diharapkan mengikuti aturan ketat yang ditetapkan oleh orang tua. Jika tidak, maka biasanya anak akan diberikan sebuah hukuman. Dan juga, orang tua otoriter seringkali tidak menjelaskan mengapa anak diminta untuk mengikuti aturan yang diberikan olehnya. Sehingga biasanya anak tidak memahami di mana letak kesalahannya sehingga ia sampai dihukum.

Baca Juga  Kak Seto datang ke Kantor Generos, Apresiasi Piagam Komitmen Bebaskan Speech Delay

Sementara orang tua ini memiliki tuntutan tinggi, mereka tidak terlalu responsif terhadap anak-anak mereka. Mereka mengharapkan anak-anak mereka untuk berperilaku luar biasa dan tidak membuat kesalahan, namun mereka hanya memberikan sedikit arahan tentang apa yang harus dilakukan atau dihindari anak-anak mereka di masa depan.

Gaya pengasuhan otoriter umumnya mengarah pada anak-anak yang patuh dan mahir, tetapi mereka memiliki peringkat yang lebih rendah dalam kebahagiaan, kompetensi sosial, dan harga diri.

2. Pola Asuh Demokratis/ Otoritatif

Dalam pola asuh ini orang tua menetapkan aturan dan pedoman yang perlu ditaati oleh anak-anaknya. Namun dalam penerapannya lebih demokratis ketimbang pola asuh otoriter. Orang tua yang menerapkan pola asuh ini lebih responsif terhadap anak-anaknya, mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan anaknya dan bahkan juga menerima kritikan yang ditujukan kepada mereka selaku orang tua.

Orang Tua Demokratis Lebih Komunikatif dengan Anak

Orang Tua Demokratis Lebih Komunikatif dengan Anak

Menurut Baumrind orang tua yang seperti ini memberikan standar yang jelas terhadap perilaku anak-anaknya. Namun mereka tidak membatasi maupun mengekang keinginan anak. Jika mereka melakukan kesalahan maka mereka akan dimaafkan bukan dihukum.

Orang tua seperti ini cenderung dipandang sebagai orang tua yang masuk akal dan adil. Sehingga anak-anak dapat menginternalisasi peraturan-peraturan yang diberikan oleh orang tuanya dan berusaha untuk memenuhinya. Anak akan memahami mengapa aturan itu ada dan bagaimana manfaatnya untuk mereka sendiri.

Dalam pola asuh ini anak-anak dapat belajar pengendalian diri, tanggung jawab dan kemandirian. Orang tua yang demokratis tidak hanya memberikan aturan-aturan namun juga memberikan kehangatan, pemenuhan emosi, dan dukungan yang memadai. Sehingga anak-anak dapat berkembang dengan lebih baik karena mereka tumbuh dengan bahagia. Di masa depan anak-anak yang diasuh dengan gaya pengasuhan ini dapat lebih cakap dan lebih sukses.

Baca Juga  Si Kecil Terlambat Bicara? Yuk Ketahui Penanganan yang Tepat

3. Pola Asuh Permisif

Gaya pengasuhan ini diterapkan oleh orang tua yang seolah tidak ingin ‘ribet’ karena selalu menghindari konfrontasi. Mereka cenderung memanjakan anak tanpa memberikan aturan-aturan yang ketat terhadap sikap dan perilaku anak.

Jika menerapkan gaya pengasuhan seperti ini perlu diwaspadai karena anak tidak akan belajar tentang benar dan salah. Karena selama bersama orang tuanya ia selalu dianggap benar dan selalu dituruti segala keinginannya. Bahkan seringkali orang tua permisif memberikan lebih karena mereka tidak ingin anaknya terluka.

Pola asuh permisif sering kali menghasilkan anak-anak yang memiliki tingkat kebahagiaan dan pengaturan diri yang rendah. Anak-anak ini lebih cenderung mengalami masalah dengan otoritas dan cenderung berkinerja buruk di sekolah.

Ini akan berdampak pada karakter anak di masa depan di mana ia akan sulit untuk bersikap dewasa karena ia tidak pernah belajar bagaimana bertanggung jawab atas perilakunya dan bahkan tidak tahu cara mengendalikan diri.

4. Pola Asuh Pengabaian

Jenis gaya pengasuhan ini merupakan penyempurnaan teori yang diusulkan oleh Maccoby dan Martin pada tahun 1980-an, yang menyempurnakan tiga jenis gaya pengasuhan yang digagas oleh Baumrind sebelumnya. Dalam menerapkan gaya pengasuhan seperti ini orang tua cenderung tidak mempedulikan anak-anaknya.

Anak Tidak Diperhatikan

Pola Asuh Pengabaian, Anak Cenderung Tidak Diperhatikan

Tanda-tanda orang tua yang menerapkan gaya pengasuhan ini yaitu mereka yang sedikit berkomunikasi dengan anak-anaknya, tidak responsif, dan juga tidak terlalu menuntut anak-anaknya, dalam artian tidak memberikan aturan apapun. Biasanya orang tua seperti ini hanya memenuhi kebutuhan dasar anak-anaknya secara lahir saja.

Mereka hanya memastikan anak-anaknya memiliki tempat tinggal, pakaian dan juga memberi anak-anaknya makan. Mereka tidak pernah mengajarkan bagaimana harus bersikap, memecahkan masalah dan bertanggung jawab atau apapun. Dalam kasus ekstrem bahkan mereka tidak memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya.

Baca Juga  Dijamin Gak Bikin Bosan! Begini 5 Ide Seru Kegiatan di Rumah Bersama Keluarga

Gaya pengasuhan seperti ini menempati peringkat terendah di semua domain kehidupan. Anak-anak ini cenderung kurang kontrol diri, memiliki harga diri yang rendah, dan kurang kompeten dibandingkan teman sebayanya.

Faktor Lain

Kendati pola asuh sangat mempengaruhi karakter anak, terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi pembentukan karakter anak. Bahkan, meskipun telah menerapkan pola asuh demokratis sekalipun anak tidak serta merta menjadi anak baik tanpa cacat.

Dalam banyak kasus, hasil anak yang diharapkan tidak terwujud; orang tua dengan gaya otoritatif memiliki anak yang menantang atau terlibat dalam perilaku nakal, sedangkan orang tua dengan gaya permisif memiliki anak yang percaya diri dan sukses secara akademis. Maka dapat disimpulkan terdapat faktor lain yang juga erat kaitannya dalam membentuk karakter anak.

Douglas Bernstein dalam bukunya Essentials of Psychology menyatakan bahwa tidak ada satupun gaya pengasuhan terbaik secara universal. Faktor budaya dan lingkungan juga turut andil dalam pembentukan karakter tersebut. Menurut dia, pengasuhan otoritatif, yang secara konsisten dikaitkan dengan hasil positif dalam keluarga Amerika-Eropa, tidak terkait dengan kinerja sekolah yang lebih baik di antara anak-anak Afrika-Amerika atau Asia-Amerika.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis memang sesuatu yang harus diterapkan, namun dalam penerapannya juga perlu untuk mempertimbangkan faktor penting lainnya. Termasuk budaya, temperamen anak, persepsi anak tentang perlakuan orang tua, dan pengaruh sosial juga memainkan peran penting dalam perilaku anak.

Maka dari itu sangat penting untuk memperhatikan karakter dasar anak dan bagaimana lingkungannya agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan orang tuanya. Selalu mengevaluasi pola asuhnya, mencermati setiap permasalahan anak, memperhatikan lingkungan di mana anak tumbuh dan bermain serta memilihkan sekolah yang tepat bagi anak-anaknya juga perlu untuk dilakukan agar faktor-faktor lain tersebut dapat menunjang dalam mengembangkan anak dengan baik.

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...