Setelah bayi siap untuk makan, yang biasanya berusia 6 bulan, ia harus mendapatkan MPASI atau makanan pendamping ASI. Pada saat itu si Kecil akan belajar makan makanan padat, yang dimulai dengan makanan lembek terlebih dahulu. Kemudian ia akan naik tekstur secara bertahap sesuai usianya yang sudah ada pedomannya tersendiri baik dari WHO maupun Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mungkin selama ini Bunda hanya mengira bahwa stimulasi untuk melatih kemampuan bicara si Kecil hanya sebatas mengajak berinteraksi baik melalui obrolan, bercerita, maupun bernyanyi bersama. Namun ternyata tidak hanya itu saja yang bisa Bunda lakukan untuk mengoptimalkan kemampuan bicara si Kecil.
Memberikan makanan MPASI terbaik sesuai dengan usianya juga penting untuk melatih perkembangan bicara si Kecil, loh! Menurut Catherine Crestani, Ahli Patologi Bicara Utama di Nepean Speech & Language Services, banyak tugas oral-motorik seperti mengunyah dan menggigit berkaitan dengan perkembangan bicara.
Dan dari kegiatan makan berupa mengunyah dan menggigit tersebut, selain si Kecil belajar makan juga sedang ‘berolahraga’ untuk melatih motorik bicaranya. Maka dari itu Bunda perlu untuk memperhatikan baik-baik apakah tekstur makanan yang diberikan kepada si Kecil sudah sesuai dengan usianya.
Hal itu karena jika si Kecil terlambat mendapatkan kenaikan tekstur MPASI-nya maka itu juga berarti si Kecil terlambat mendapatkan stimulasi oral bicaranya.
“Misalnya, kemampuan menggerakkan lidah dari sisi kanan ke sisi kiri atau sebaliknya dan ke atas dan ke bawah penting untuk suara awalan dan akhiran, jadi jika si Kecil tetap makan makanan lumat setelah usia 12 bulan dapat mencegah perkembangan dan kekuatan otot yang membantu kemampuan berbicaranya,” katanya seperti dikutip dari Sheknows.
Amanda Moore, ahli patologi bahasa dan wicara setuju akan hal itu. Menurut dia penting bagi anak untuk diperkenalkan pada perubahan tekstur dari cair menjadi padat saat keterampilan makan mereka berkembang.
“Tekstur yang berbeda membutuhkan keterampilan motorik lisan yang berbeda, yang penting untuk perkembangan bicara. Makanan padat membantu mengembangkan dan memperkuat otot rahang, bibir, dan lidah yang diperlukan untuk berbicara. Bibir juga membantu karena membantu menjaga makanan di dalam mulut dan penting untuk suara yang dihasilkan oleh bibir,” ujarnya.
Daftar Isi
Hubungan Makanan dan Perkembangan Kemampuan Bicara
Tidak hanya teksturnya saja, makanan juga memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan bicara anak. Meskipun lagi-lagi, makanan tidak berhubungan langsung dengan kemampuan bicara anak. Namun makanan berkaitan dengan beberapa faktor penyebab potensial yang membuat anak mengalami terlambat bicara atau speech delay.
1. Alergi Makanan dan Gangguan Pendengaran
Jika anak sering menderita infeksi telinga, ia mungkin berisiko kehilangan pendengarannya. Penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi makanan alergen tertentu dapat meningkatkan peradangan di dalam telinga dan menyebabkan infeksi berulang.
Jika fungsi pendengarannya terganggu maka dikhawatirkan perkembangan bicaranya pun akan terganggu. Maka dari itu makanan ini secara tidak langsung juga berdampak pada keterlambatan bicara.
2. Makanan dan Sistem Kekebalan Tubuh
Ketika seorang anak tidak mengkonsumsi makanan yang seimbang maka dikhawatirkan akan mengalami kekurangan nutrisi. Kekurangan asam folat, seng, besi, tembaga, selenium, dan vitamin A, B6, C, D, dan E dapat menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Tidak cukupnya asam lemak esensial dalam makanan dapat menurunkan produksi sel imun dalam tubuh. Kemudian sistem kekebalan yang kurang berkembang dapat meningkatkan kemungkinan anak mengalami infeksi telinga dan akhirnya menyebabkan gangguan pendengaran.
Beberapa penelitian telah membuktikan hubungan erat antara kekurangan nutrisi dan melemahnya sistem kekebalan tubuh dengan keterlambatan bicara pada balita dan anak-anak usia sekolah.
3. Penyakit Defisiensi dan Perkembangan Neurologis
Jika anak mengalami picky eater atau pilih-pilih makanan, maka si Kecil dapat kekurangan vitamin dan atau mineral tertentu yang tidak ia dapatkan karena menolak makanan yang mengandung zat esensial tersebut. Maka konsekuensinya lagi-lagi adalah kekurangan nutrisi.
Kekurangan nutrisi dapat menghalangi perkembangan neurologis anak. Seorang anak yang tidak menerima nutrisi lengkap dapat mengalami keterlambatan perkembangan fungsi otak dan kognisi jangka panjang.
Oleh karena itu, anak autis yang tidak menyukai kelompok makanan tertentu dapat menunjukkan tanda-tanda keterlambatan bicara yang lebih parah jika mereka tidak cukup mengonsumsi Vitamin B6, B12, dan B9.
4. Makanan, dan Kesehatan Mental
Terdapat sebuah hasil studi yang relatif baru yaitu psikobiotik, berfokus pada efek mikroflora usus pada kesehatan dan perkembangan mental seseorang. Psikobiotik yaitu sekelompok probiotik yang mempengaruhi fungsi dan perilaku terkait sistem saraf pusat (SSP) yang dimediasi oleh sumbu usus-otak (GBA) melalui jalur imun, humoral, saraf, dan metabolisme
Psikobiotik ini tidak hanya meningkatkan fungsi gastrointestinal (GI) tetapi juga kapasitas antidepresan dan ansiolitik. Hanya mengonsumsi sedikit jenis makanan (yang biasa dilakukan oleh si picky eater) dapat menyebabkan asam lambung dan enzim tidak seimbang. Itu bisa mengganggu ekosistem usus normal.
Tidak adanya mikroflora penyerap mikronutrien di usus dapat menyebabkan perkembangan neurologis yang tidak tepat . Ini dapat membahayakan kesehatan mental dan produktivitas anak. Ketika kebutuhan nutrisi anak tidak terpenuhi, mereka dapat mengalami berbagai gejala termasuk berbagai keterlambatan perkembangan.