Tantrum memanglah sesuatu hal yang wajar terjadi pada anak balita. Bahkan tantrum merupakan tanda kemajuan pada tahapan perkembangan anak balita. Tantrum merupakan ekspresi luapan kemarahan pada balita dalam bentuk tangisan, teriakan hingga pada kondisi ekstrem seperti berguling di lantai atau memukul. Kadang Bunda masih bingung cara cegah tantrum pada anak. Maka, simak artikel ini.
Pada saat balita menginjak usia dua tahun, emosi anak semakin berkembang. Biasanya anak mengalami tantrum pada usia satu hingga empat tahun. Mereka hanya sedang belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif untuk meluapkan perasaannya.
Tantrum Pada Anak
Tantrum pada anak memiliki beberapa manfaat, salah satunya adalah membuat anak dan orang tua, khususnya Bunda, untuk belajar banyak hal. Bunda sebaiknya tetap konsisten berkata “tidak” meski anak merengek sambil menangis meraung-raung. Anak akan belajar hal baru bahwa ternyata dia tidak bisa merayu orang tuanya dengan tantrum.
Selain itu dengan tantrum maka anak juga akan belajar mengendalikan emosinya, tentu saja dengan bantuan orang tua maupun pengasuhnya. Mengalami ledakan emosi seperti tantrum membantu anak melepaskan perasaan sehingga ia pun bisa memahami dirinya.
Hal tersebut juga berlaku pada orang tua, terutama para Bunda yang biasanya memiliki waktu lebih banyak membersamai si Kecil. Dengan tantrum si Kecil maka Bunda mau tidak mau harus bisa mengendalikan emosi agar tidak ikut tersulut. Saat Bunda mampu menghadapi anak yang sedang tantrum dengan tenang maka anak akan lebih mudah pula untuk ditenangkan.
Tak hanya itu, bisa jadi orang tua akan mengingat masa kecilnya saat mengalami tantrum dan merasa kurang didengarkan oleh orang tua. Maka pada saat inilah kesempatan kita untuk belajar lebih berempati terhadap apa yang sedang dirasakan oleh anak kita.
Luapan emosi memang sebaiknya dikeluarkan. Saat anak tantrum maka emosi tersebut telah berhasil ia keluarkan, dan anak akan merasa nyaman mengungkapkan perasaannya. Saat orang tua bisa mendampingi anak selama tantrum dan menenangkannya, maka sang anak akan merasa nyaman dan menjadi lebih dekat dengan orang tuanya. Tidak hanya itu, membiarkan anak mengalami tantrum sampai ia tenang akan meningkatkan rasa tenang sehingga ia pun bisa tidur nyenyak di malam hari.
Saat menghadapi anak tantrum merupakan kondisi yang menyebalkan. Terkadang orang tua akan terbawa emosi dan akan ikut ‘tantrum.’ Namun sebaiknya hal ini jangan sampai terjadi. Sebagai orang tua kita harus bisa mengajarkan kepada anak bagaimana meluapkan emosi dengan baik tanpa harus dengan teriakan bahkan kekerasan. Jangan sekali-kali mengeluarkan ancaman maupun menakut-nakuti anak demi untuk menenangkannya. Ini akan menjadi kunci bagaimana anak akan bersikap ke depannya. Dan percayalah, saat menghadapi tantrum anak dengan emosi hingga kekerasan maka hal itu tidak akan bisa meredakan tantrumnya.
Saat orang tua sudah berada di puncak emosi, sebaiknya menghindar sejenak dari anak dan tempatkan anak pada tempat yang aman. Jika sudah lebih tenang maka orang tua bisa mendekati anak kembali dan memeluknya. Pelukan hangat dari orang tua sangat ampuh untuk mengatasi tantrum pada anak. Setelah dipeluk berikan kata-kata positif agar anak semakin tenang karena merasa dimengerti dan diperhatikan.
9 Cara Cegah Tantrum pada Anak
Namun Ayah Bunda patut waspada jika gejala anak tantrum berlebihan, misalnya dengan durasi dan intensitas yang lebih lama atau sampai melakukan kekerasan. Jika anak sampai mengamuk lima kali dalam sehari, atau dengan durasi yang panjang sampai satu jam, dan atau disertai dengan kekerasan seperti memukul, menendang atau membanting barang, maka ini bisa menjadi tanda bahwa anak memiliki gangguan emosional. Ini juga bisa menjadi tanda awal bahwa anak sedang mengalami depresi.
Jika hal ini yang terjadi maka Ayah Bunda tidak boleh membiarkannya begitu saja, karena ini akan berdampak pada tumbuh kembangnya. Namun sebelum ini terjadi, agar anak tidak sampai mengalami gejala depresi terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya. Laman WebMD merangkum 9 cara cegah tantrum pada anak yang bisa Bunda terapkan di rumah, di antaranya adalah:
- Tetapkan rutinitas setiap hari secara konsisten, jika akan berganti aktivitas maka beritahu si Kecil dulu beberapa menit sebelum pergantian aktivitas.
- Berkomunikasilah pada anak, jangan pernah beranggapan bahwa anak tidak akan memahami perkataanmu. Jelaskan padanya tentang aktivitas apa saja yang akan kalian lakukan dan tetaplah konsisten dengan rencana-rencana itu demi meminimalisir kejutan bagi si Kecil.
- Biarkan anak membawa makanan dan mainan kesukaannya saat bepergian maupun saat Anda melakukan aktivitas, maka itu akan bisa membuatnya tetap sibuk.
- Pastikan anak sudah cukup tidur dan dalam keadaan kenyang saat bepergian, karena kondisi lapar dan mengantuk bisa memicu anak tantrum.
- Singkirkan godaan yang bisa memicu tantrum, misalnya meletakkan permen di meja makan sebelum makan malam yang membuat anak merengek meminta permen saat jam makan malam.
- Jangan terlalu mengatur anak, berilah kebebasan padanya untuk memilih. Seperti memilih baju mana yang ingin ia kenakan atau menu apa yang ingin dia makan. Dengan memberikan kebebasan yang meskipun menurut kita remeh itu membuat anak merasa bahwa dia memiliki kendali atas dirinya sendiri.
- Berilah sedikit kelonggaran pada si Kecil. Misalnya saat si Kecil masih ingin menonton televisi pada jam mandinya, maka berikan waktu 10 menit lagi dan bernegosiasi dengannya agar berangkat mandi setelah waktu yang Anda berikan sudah habis.
- Saat anak sudah memunculkan tanda-tanda akan mengamuk maka alihkan perhatiannya dengan memberikan makanan kesukaannya atau membuat humor kecil. Karena pada dasarnya anak mudah teralihkan perhatiannya sehingga emosinya akan mereda karena dia sudah tidak fokus pada apa yang membuatnya marah.
- Ajarkan anak untuk mengelola emosinya, ajarkan bahwa lebih baik mengungkapkan keinginan maupun perasaannya dengan ungkapan kata-kata daripada dengan teriakan.
Jika anak sudah bisa mengendalikan emosinya maka jangan lupa untuk memberikannya pujian bahwa dia telah berhasil menjadi anak yang tangguh. Termasuk saat mendisiplinkan anak, tegaskan bahwa Anda sangat mencintainya. Kata-kata positif yang keluar dari mulut orang tuanya mampu meningkatkan harga diri pada anak.