Tetapi kenyataannya, tidak semua orang tua menempuh jalan yang mulus dalam mengasuh anak mereka. Para orang tua harus mengalami berbagai masalah, salah satunya saat anak terlambat bicara.
Keterlambatan bicara ataupun speech delay merupakan gangguan yang bisa dialami oleh anak saat masa golden age. Hal ini bisa disebabkan dari berbagai faktor, mulai dari dalam tubuh anak, maupun faktor luar maupun lingkungan. Ketika speech delay dialami oleh anak, tentu orang tua pasti khawatir.
Ada yang denial sampai panik berlebihan. Pada akhirnya, orang tua yang mempunyai anak speech delay harus berupaya lebih dalam pola pengasuhannya. Lalu, sudahkah Bunda mengetahui pola asuh yang tepat untuk anak terlambat bicara. Jika belum, mari simak artikel berikut.
Daftar Isi
Pola Asuh Anak Terlambat Bicara
Sebelum mengetahui pola asuh untuk anak terlambat bicara, mari ketahui dulu tentang istilah pola asuh. Pola asuh menurut KBBI terdiri dari 2 kata, yaitu pola dan asuh. Pola merupakan sebuah sistem atau cara kerja, sedangkan asuh merupakan menjaga atau membimbing.
Sedangkan pengertian lain menurut M. Sochib, pola asuh adalah upaya orang tua yang diterapkan terhadap lingkungan fisik maupun sosial, serta menentukan perilaku anak agar sesuai dengan nilai norma yang berlaku di masyarakat.
Agar membentuk karakter anak yang bisa sesuai dengan nilai masyarakat, tentunya kita akan mengerahkan segala usaha. Namun, ada beberapa orang tua yang tidak ingin repot. Sehingga mereka hanya ingin anaknya mendengarkan dan menuruti semua ucapan saja, tanpa ada bantahan. Ada pula yang sangat memuji anaknya, sampai menutup mata akan kesalahan anak.
Pengasuhan seperti ini masih umum ditemui dalam masyarakat, khususnya di Indonesia. Dampak dari masing-masing gaya pola asuh ini juga akan berbeda nantinya. Entah positif ataupun negatif. Oleh sebab itu, mari kita mengenal berbagai gaya pola asuh yang umum dilakukan oleh orang tua, diantaranya:
Gaya Pola Asuh Anak
-
Pola Asuh Permisif
Umumnya orang tua yang menerapkan pola asuh ini lebih banyak mengapresiasi anak dengan tuntutan yang rendah. Daripada menjadi orang yang ditakuti, orang tua permisif lebih memilih menjadi teman terbaik untuk anak. Ini dilakukan agar anak merasa nyaman dan terbuka dalam hubungan antar orangtua dan anak.
Orang tua akan membiarkan anak untuk melakukan segala sesuatu yang mereka inginkan. Sehingga tak ada batasan dan konflik yang berat dalam mengasuh anak. Namun, anak yang diterapkan dengan pola asuh ini akan mudah lemah dengan keputusan yang kurang tepat. Akibatnya, anak akan tidak siap jika di masyarakat nanti, ia akan mengambil keputusan yang skalanya berat.
-
Pola Asuh Otoriter
Pola asuh otoriter berbanding terbalik dengan pola asuh permisif. Orang tua yang bersikap otoriter mudah dikaitkan dengan gaya “militer” karena mereka mendidik keras untuk anak. Orang tua lebih banyak menuntut anak supaya bisa melakukan segala hal yang diperintahkan, tanpa membimbing ataupun merespon baik. Orang tua otoriter akan menegaskan posisi mereka sebagai ayah dan ibu yang harus dihormati anak, agar anak tidak membantah perintah.
Banyaknya, anak dengan pola asuh ini akan lebih ketakutan memandang ayah dan ibunya. Sehingga hubungan antar orang tua dan anak menjadi dingin. Anak akan sulit mengemukakan pendapat mereka dan memilih keahlian yang ingin mereka tekuni, karena semua kontrol ada pada orang tua. Tetapi sisi positifnya, anak akan lebih hati-hati dalam menentukan keputusan yang tepat atau tidak, karena mereka tahu konsekuensi dari setiap keputusan yang ia ambil.
-
Pola Asuh Berwibawa
Pola asuh anak berwibawa hampir mirip dengan otoriter, yaitu sama-sama mempunyai tuntutan yang tinggi. Namun yang membedakannya yaitu orang tua berwibawa lebih baik dalam merespon anak. Biasanya orang tua akan menerapkan suatu aturan dengan alasan maupun harapan yang jelas untuk anak mereka. Sebelum membuat aturan, orang tua akan berdiskusi terlebih dahulu dan menanyakan pendapat kepada anak.
Menurut Jeptha Taussig, seorang psikolog klinis menjelaskan bahwa pola asuh ini berada di antara pola asuh otoriter dan permisif. Mereka akan mengasuh anak dengan tuntutan yang telah disepakati sebelumnya. Anak merasa lebih aman karena mereka bisa lebih berani bicara. Dampak lainnya, anak akan lebih berani. Walaupun terkadang keputusan orang tua lebih condong harus dijalankan anak.
-
Pola Asuh Lalai
Tidak seperti permisif yang membebaskan anak mereka untuk memilih hidup sendiri. Orang tua lalai lebih cenderung mengabaikan anak mereka. Orang tua tidak menuntut anak, tapi juga tidak memberikan respon yang baik pula. Orang tua lebih memilih lepas tangan dalam mengurus anak. Parahnya lagi, orang tua tidak akan peduli dan sedikit memberikan bimbingan.
Orang tua dengan pola asuh menganggap bahwa anak harus (sangat) mandiri dalam menjalani hidup mereka. Ada orang tua yang lalai dan tidak peduli, bahkan saat anak masih membutuhkan bimbingan. Akibatnya, anak akan kebingungan saat menjalani kehidupan sosialnya. Anak merasa tidak disayang oleh orang tua, karena tak ada perhatian.
Setelah mengetahui empat gaya dari pola asuh anak di atas, kita sebagai orang tua pasti memikirkan pola asuh anak yang tepat. Tapi ternyata ada beberapa pola asuh yang harus Bunda hindari juga, selain pola asuh otoriter.
Pola Asuh Anak yang Harus dihindari Orang tua
Pola Asuh otoriter mempunyai dampak yang negatif, termasuk untuk mental anak. Umumnya orang tua dengan gaya ini sangat minim menunjukan apresiasi maupun kasih sayang. Mereka juga lebih membatasi pergerakan anak. Dengan begitu, anak akan lebih mudah depresi dan tidak berkembang untuk kehidupan sosialnya.
Kedua, pola asuh helikopter. Istilah ini merujuk pada orang tua yang terlalu terlibat dan mengawasi semua aktivitas anak. Khususnya urusan akademik maupun prestasi. Sebenarnya pola asuh helikopter ini mempunyai tujuan yang baik.
Orang tua akan memberikan dukungan emosi maupun material untuk anak sebaik mungkin. Namun seiring bertambahnya usia anak, ia ingin lebih dan menentukan hidupnya sendiri. Hal ini lah yang membuat orang tua sulit untuk melepaskan anak mereka, karena takut pilihan anak akan salah.
Ketiga, pola asuh yang berlebihan atau overparenting. Overparenting membuat mental anak tak terbiasa dengan kritikan yang membangun. Anak lebih mudah merasa down saat mendapatkan kritikan. Dalam kehidupan sosial anak kedepannya, ia akan kesulitan mengembangkan bakat karena sudah dianggap sempurna oleh orang tuanya. Bunda bisa membaca lebih lanjut informasi tentang pola asuh yang berdampak negatif untuk anak di sini.
Intinya pola asuh merupakan sebuah upaya orang tua agar anak bisa berperilaku dengan nilai maupun moral yang tepat di masyarakat. Tetapi, mengasihi anak sebenarnya lebih dari itu. Sebelum mempersiapkan anak di lingkungan masyarakat. Tentunya orang tua harus mempersiapkan anak di rumah sebaik mungkin,. Mulai dari pemberian gizi agar fisik anak tetap kuat sampai stimulasi agar tumbuh kembang anak optimal sesuai perkembangan usianya. Lalu, bagaimana pola asuh yang tepat untuk anak terlambat bicara?
Pola Asuh Anak Bukan Hanya Satu
Setiap anak unik, masing-masing mempunyai karakter yang berbeda. Maka, gaya pola asuh bukan disesuaikan orang tua saja, melainkan menyesuaikan anak. Bagaimanapun anak yang akan menentukan masa depannya sendiri. Orang tua yang akan mendampingi dan membimbing anak sampai tahap mandiri.
Namun, ada penelitian yang menunjukan bahwa pola asuh gaya berwibawa akan menjadikan anak lebih mandiri dan kompeten secara sosial. Setiap pola asuh punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Maka, Orang tua harus belajar lebih dan bersabar dalam proses tumbuh kembang anak. Bahkan, pola asuh harus disiapkan sejak awal pernikahan. Bagaimanapun kita semua tahu, dalam mengasuh anak, pasti ada hambatan-hambatan yang akan ditemui.
Salah satu kasus yang dilansir oleh BBC menceritakan seorang wanita berumur 25 tahun, sikap orang tuanya masih overprotektif. Akibatnya ia sulit mendapatkan teman dan merasa canggung saat bersosialisasi. Padahal usianya cukup dewasa untuk bersosialisasi dengan orang lain. Sayangnya, orang tua wanita tersebut akan tetap mengawasi pergerakannya bahkan hingga ia dewasa.
Yups! Mungkin kisah orang tua wanita ini bisa dikenal dengan pola asuh otoriter. Nyatanya, pola asuh ini mungkin dianggap baik karena anak tidak akan melakukan perilaku yang tidak baik di masyarakat nantinya. tetapi sisi lain anak akan sulit untuk menentukan keputusan sendiri, bahkan sulit bersosialisasi.
Oleh sebab itu, dalam proses mengawal tumbuh kembang anak, orang tua harus selalu belajar. Tujuannya agar pola asuh yang diterapkan tidak akan memberikan dampak yang buruk untuk anak. Apalagi untuk anak terlambat bicara, akan banyak yang harus kita pelajari atau perbaikan dalam pengasuhannya. Mempersiapkan pola asuh anak terlambat bicara harus memperhatikan beberapa poin berikut.
3 Tips Pola asuh yang tepat untuk anak Terlambat Bicara
Mulai dari Orang Tua
Menurut psikolog Tioni Asprilia, M.Psi, orang tua harus lebih sabar dalam mengajarkan emosi pada anak. Biarkan mereka memahami dulu emosi yang mereka rasakan. Jangan terlalu kaku ataupun ketat saat anak sedang meluapkan emosi, bahkan sampai melarang ia menangis. Mental maupun luapan emosi pada anak bisa dipengaruhi oleh gaya pola asuh orang tua terhadap anak.
Selanjutnya, orang tua jangan membandingkan anak satu dengan anak lainnya. Ingat! Perlakuan seperti ini masih sering dijumpai, bisa diucapkan secara sengaja maupun tidak sengaja. Tentu saja sikap ini tidak baik, karena akan menimbulkan ketidak percayaan diri.
Terapkan Bahasa yang Santun
Siapa yang tidak ingin punya anak seperti Shabira, seorang seleb cilik yang masih suka mondar mandir di video beberapa channel artis ternama di Indonesia. Yang membuat kagum ialah cara bicara Shabira yang sudah lancar dan terkenal dengan bahasa baku atau santun.
Resepnya, Orang tua Shabia Fahmi maupun Oci memang telah membiasakan berbicara Shabira dengan bahasa santun sejak dalam kandungan. Sehingga saat ia usia 3 tahun, sudah lancar bicara.
Tak hanya bahasa yang santun, perlakuan sopan juga bisa kita terapkan pada anak terlambat bicara. Terkadang, anak yang terlambat bicara kurang bisa fokus untuk memperhatikan orang tuanya. Jangan sampai ketika anak tidak fokus, justru kita malah membentak mereka.
Coba bicara dengan notasi yang lemah lembut membuat anak percaya diri untuk berkomunikasi dengan orang tuanya. Jadi jika ingin anak lancar bicara. Bersikaplah sopan dan santun, agar mereka melakukan hal yang sama terhadap kita atau orang disekitarnya.
Buat Komunikasi yang Menyenangkan
Saat orang tua berbicara, anak akan merekam dan memproses setiap kata yang terucap dari bibir kita. Kata santun tersebut akan ia simpan dan masuk dalam otah sehingga menjadi bahasa reseptifnya. Selanjutnya anak akan belajar bahasa ekspresif. Artinya, anak belajar untuk mengeluarkan emosi maupun perasaannya lewat kata yang terucap. Komunikasi bisa terjadi saat Bunda sedang menceritakan sebuah dongeng atau kisah untuk anak
Ketika itu terjadi, anak sedang belajar komunikasi dua arah dengan orang tuanya. Sebagai orang tua, buatlah komunikasi yang hangat dan menyenangkan. Kegiatan ini bagus juga untuk anak terlambat bicara untuk belajar komunikasi yang baik dari orang tuanya.
Sehingga anak terangsang untuk meningkatkan kemampuan bahasa reseptifnya. Jika orang tua tidak bisa membangun komunikasi yang baik, anak akan mengalami kerugian. Ia akan kesulitan untuk bersosialisasi dengan teman sebaya atau orang dewasa sekitarnya.
Ilmu parenting memang tidak baku yang bisa diterapkan oleh semua anak. Walaupun sesama saudara kandung, orang tua juga harus bisa menyesuaikan pola asuh dengan karakternya. Ingat, bahwa setiap karakter anak berbeda, unik, dan tak sama.
Anak selalu membutuhkan bimbingan orang tuanya, ia tak bisa belajar makan sendiri, berjalan, atau bersosialisasi secara sendiri. Oleh sebab itu, ia membutuhkan sentuhan hangat dari orang tuanya. Agar kelak, ia bisa menjalani kehidupannya secara mandiri.