Begini Cara Maksimalkan Tumbuh Kembang Anak Disabilitas Intelektual

by | May 7, 2022 | Keluarga, Kesehatan Mental, Tumbuh Kembang

Tumbuh Kembang – Anak disabilitas intelektual tetap bisa mandiri dengan kualitas hidup yang baik asalkan ia mendapatkan stimulasi penuh dan optimal. Stimulasi tersebut dapat membantu mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil yang memiliki kondisi yang berbeda tersebut.

Namun orang tua perlu menyadari perbedaan tersebut sehingga orang tua memahami bahwa dalam memberikan stimulasi membutuhkan kesabaran ekstra. Seperti diketahui, anak dengan disabilitas intelektual atau disebut juga sebagai retardasi mental memiliki kekurangan terkait fungsi intelektual dan fungsi adaptifnya.

Salah satu pegiat dan terapis disabilitas Rezky Achyana mengatakan dalam sebuah live Instagram Hallo Bunda yang dihelat @generos.id mengatakan untuk memberikan penanganan kepada anak yang disabilitas intelektual dan down syndrome kita harus melihat tujuh aspek tumbuh kembang anak.

Pertama: Motorik

Aspek tumbuh kembang yang pertama tentang motoriknya. Anak dengan down syndrome biasanya kakinya flat sehingga banyak anak down syndrome kesulitan untuk menyeimbangkan diri. Oleh karena itu perlu dilatih secara motoriknya supaya bisa berjalan dengan baik, dan seimbang ketika berjalan. Bisa dengan latihan–latihan berlari, menendang bola, bermain bola, melompat, dan memanjat.

Latihan-latihan tersebut berfungsi untuk melatih motorik kasar pada anak. Sedangkan untuk melatih motorik halusnya bisa melalui latihan memasang kancing baju, memasang tali sepatu, menulis, meremas slime, latihan mengangkat jempol, latihan mengangkat jari telunjuk dan tengahnya, melakukan gerak tangan isyarat janji, dan aktivitas lainnya yang menggunakan jari.

Baca Juga  Fakta Menarik Manfaat Al-Qur'an untuk Kecerdasan Otak

Kedua: Kognitif

Aspek tumbuh kembang lainnya yang perlu dilatih yaitu aspek kognitifnya/ intelektualnya. Seperti yang kita ketahui bahwa anak disabilitas intelektual memiliki IQ yang rendah, tergantung tingkat disabilitasnya. Oleh karena itu perlu untuk melatih kognitifnya dengan treatment khusus serta dilakukan secara berulang.

Dalam melatih kognitif ini ditekankan agar anak dapat memahami sebab akibat. Yaitu dengan memberikan contoh-contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya jika haus maka apa yang harus diambil apakah air atau buah–buahan, jika lapar maka apa yang harus diambil apakah jus atau makanan.

shireen-aqila-dan-generos

Anak dapat mandiri dengan makan sendiri

Kemudian juga mengajarkan risiko yang dapat terjadi jika anak melakukan sesuatu. Seperti jika anak makan dan minum sembarangan bisa batuk, dan sebagainya. Ini terdengar sepele, namun anak disabilitas intelektual sangat membutuhkan pemahaman seperti ini.

Selain sebab akibat, anak juga perlu diajarkan untuk mengidentifikasi benda dan istilah-istilah di sekitarnya. Seperti menjelaskan mana yang disebut ayah, mana bunda, mana kucing, mana atas, mana bawah dan seterusnya. Kemudian juga diajarkan melakukan hal–hal sederhana lainnya seperti cara menyalakan TV, memegang sendok, dan lain-lain.

Ketiga: Komunikasi

Dalam aspek komunikasi, anak disabilitas intelektual dan down syndrome perlu diajarkan cara berkomunikasi. Seperti diketahui bahwa anak-anak tersebut akan tertinggal dalam beberapa fase tumbuh kembangnya, salah satunya adalah keterlambatan bicara. Sehingga membutuhkan stimulasi khusus agar ia dapat berkomunikasi.

Mengajarkan berkomunikasi untuk anak-anak ini dengan diajarkan cara meminta, menyampaikan apa yang dia rasakan dan inginkan. Keberhasilan stimulasi dalam aspek komunikasi ini ditandai dengan anak dapat mengatakan dengan kata-kata yang benar dan struktur kalimat yang benar.Selain itu anak dapat mengajukan pertanyaan dan merespons pertanyaan yang kita berikan.

Baca Juga  Kemeriahan Acara Puncak Generos Fest 2023, Mengusung Tema 'Wujudkan Cita-Cita si Kecil'

Keempat: Interaksi

Cara sederhana untuk melatihnya dalam berinteraksi dengan orang lain adalah dengan kontak mata. Ini dilakukan supaya anak dapat melakukan kontak mata dengan orang yang berbicara dengan dia dan dapat fokus terhadap apa yang disampaikan.

Tidak hanya diajarkan dengan manusia saja, sebaiknya Ayah dan Bunda mengajarkan anak untuk melakukan kontak mata dengan objek, agar ia dapat fokus dengan apa yang ia lihat. Salah satu indikator keberhasilannya yaitu anak dapat menyampaikan rasa ketidaknyamanan atau ketidaksukaan saat dipeluk atau dicium. Selain itu, anak dapat berinisitaif untuk melakukan interaksi dengan orang di sekitarnya.

Kelima: Sosialisasi

Agar anak dapat berteman dengan anak seusianya, maka anak disabilitas intelektual perlu diajarkan cara bersosialisasi. Dengan begitu maka anak dapat bermain dengan teman sesuainya serta dapat bermain dengan mengetahui aturan. Beberapa indikator keberhasilan dalam mengajarkan sosialisasi ini yaitu anak dapat meminta secara baik-baik saat tertarik dengan mainan anak lain tanpa merebutnya.

Hari Peduli Autisme Sedunia

Anak dapat berinteraksi dengan temannya

Selain itu anak dapat tertawa di waktu yang tepat. Misalnya saat ada hal yang lucu, bukan saat temannya jatuh atau terluka. Aspek sosial memiliki kaitan yang besar dengan bagaimana anak dapat menjaga hubungan yang baik dengan teman di sekitarnya, dengan orang tuanya, dan guru–gurunya.

Baca Juga  Anak Liburan Sekolah di Rumah Saja? Coba 5 Kegiatan ini agar anak semakin Cerdas!

Keenam: Kontrol Emosi

Pada banyak kasus anak disabilitas intelektual akan mengalami speech delay atau terlambat bicara seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Saat anak mengalami speech delay maka ia akan kesulitan dalam menyampaikan apa yang ia inginkan maupun apa yang ia rasakan.

Jika sudah demikian maka anak akan merasa tertekan dan marah-marah serta tantrum. Oleh karena itu Ayah dan Bunda harus mengajarkan bagaimana agar dia dapat mengendalikan emosinya. Berkaitan dengan aspek komunikasi pada poin sebelumnya, diharapkan dia dapat mengatakan bahwa dia sedang marah, atau kesal.

Orang tua perlu menanamkan bahwa marah dan kesal merupakan hal manusiawi, yang terpenting marah pada tempatnya dan tahu bagaimana cara menyelesaikannya. Penting juga mengajarkan anak supaya ketika tantrum tidak menyakiti dirinya sendiri, tidak membahayakan orang lain, tidak merusak benda–benda di sekitarnya, dan tidak melakukan hal–hal yang berbahaya.

Ketujuh: Kepatuhan

Perlu juga untuk mengajarkan kepatuhan dalam bersikap, baik di rumah maupun di luar rumah. Ajarkan anak caranya bersikap baik dalam berbagai hal, dengan menjelaskan hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Jelaskan pula konsekuensinya ketika melakukan hal-hal tersebut.

Seperti diketahui bahwa anak-anak disabilitas intelektual biasanya kesulitan dalam menunggu giliran karena selalu ingin lebih dulu. Maka dari itu perlu diajarkan mengantre dengan hal-hal sederhana di rumah, sebelum mengantre di tempat umum.

Selain wawasan tentang bagaimana menstimulasi tumbuh kembang anak disabilitas intelektual, Ayah dan Bunda perlu memiliki kelapangan hati saat mengajarkannya agar dapat dilakukan dengan lembut. Siapkan juga kesabaran karena ini akan membutuhkan waktu yang tidak singkat, karena perlu diulang-ulang dalam mengajarkannya.

 

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...