Bahasa isyarat bayi ditemukan pertama kali pada awal 1980-an oleh seorang professor psikologi dari University of California, Linda Acredolo, Ph.D, dan juga professor tumbuh kembang anak dari California State University, Susan Goodwyn, Ph.D. pada saat itu Acredolo memiliki seorang anak yang berusia kurang dari setahun. Ia mengamati bahwa saat melihat bunga, anaknya tersebut akan mulai menunjuknya, mengerutkan hidung dan mengendusnya. Berawal dari penasaran akan tingkah anaknya tersebut akhirnya mereka mengembangkan bahasa isyarat untuk bayi.
Mungkin banyak orang tua yang kewalahan saat melihat bayinya menangis dan terus menangis tanpa mengetahui apa yang diinginkannya. Seperti yang kita ketahui, pada usia 0-8 bulan bayi belum bisa mengucapkan kata yang berarti.
Mereka hanya melakukan cooing dan babbling saja, yang menurut orang dewasa tidak memiliki makna tertentu. Sebagian orang tua mungkin akan pasrah dan tetap menunggu, toh nantinya sang anak juga akan bisa berbicara jika sudah waktunya.
Cara Mengajarkan Bahasa Isyarat pada Bayi
Sebenarnya ada cara yang cukup ampuh agar bayi tetap bisa mengutarakan keinginannya, yaitu dengan bahasa isyarat bayi tersebut. Akan muncul kekhawatiran, apakah jika bayi diajarkan bahasa isyarat akan membuatnya terlambat bicara? Sebelum mengembangkan bahasa isyarat, Dr. Acredolo dan Dr. Goodwyn melakukan penelitian besar yang disponsori oleh Institut Kesehatan Nasional (NIH) Amerika Serikat. Hasilnya benar-benar di luar dugaan, bahwa ternyata bayi yang telah diajarkan bahasa isyarat akan memiliki keterampilan bahasa verbal lebih cepat dari rata-rata anak balita biasanya.
Penelitian menemukan bahwa bayi yang diajari bahasa isyarat memiliki kosa kata yang lebih banyak saat ia menginjak usia 12 bulan dibandingkan mereka yang tidak. Hal itu karena menurut Dr. Goodwyn karena saat bayi sedang menggunakan bahasa isyarat maka orang dewasa di sekitarnya akan lebih banyak berbicara untuk mendefinisikan apa yang sedang diinginkan si bayi.
Tidak hanya itu, dalam penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa bayi yang belajar bahasa isyarat akan memiliki IQ yang tinggi. Sebagai salah satu objek penelitian, seorang ibu muda dari Tampa, Florida, Rebecca Yoder mengatakan bahwa ia mulai mengajarkan bahasa isyarat kepada putrinya, Lauren, sejak berusia enam bulan. Hasilnya memuaskan, Lauren tidak menunjukkan tantrum yang berlebihan saat menginginkan sesuatu.
“Lauren menjadi tidak terlalu mudah menangis dan tidak mudah mengamuk. Jika dia menginginkan mainan yang jauh dari jangkauannya, dia bisa memberi tanda bahwa dia membutuhkan bantuan, alih-alih menangis dan rewel,” ujar Yoder, seperti dikutip Parents.com.
Kapan Bayi Menggunakan Bahasa Isyarat?
Bayi mulai memahami kata-kata jauh sebelum dia bisa mengucapkannya. Seorang ilmuwan di Haskins Laboratories, sebuah Lembaga penelitian wicara dan bahasa di Amerika Serikat, Gerald W. McRoberts, Ph.D., menyebutkan bahwa mereka mulai menghubungkan kata-kata dengan verbal dengan apa yang mereka maksudkan sejak usia 6-8 bulan. Kira-kira pada usia yang sama mereka mulai menggunakan Gerakan untuk menunjukkan sesuatu yang mereka inginkan. Seperti mengulurkan tangannya ketika meminta untuk digendong atau menunjuk sebuah benda yang ingin ia ambil.
Saat anak mulai menggunakan tangannya untuk mengambil sesuatu atau memasukkan tangannya ke mulut atau si bayi mulai memperhatikan tangan orang tua atau pengasuhnya, saat itulah kemungkinan bayi siap untuk diajarkan bahasa isyarat. Bahasa isyarat yang dikembangkan Dr. Acredolo dan Dr. Goodwyn tersebut menggunakan standar bahasa isyarat yang berasal dari American Sign Language (ASL) yang biasa digunakan oleh tuna rungu dan juga beberapa modofikasi yang ramah bayi. Namun Ayah Bunda bisa menggunakan Gerakan sederhana untuk memulai mengajari bahasa isyarat untuk si Kecil.
Ayah Bunda tidak perlu menyisihkan waktu khusus untuk mengajari bahasa isyarat untuk si Kecil. Cukup melakukannya saat mengajak berbicara si Kecil, katakanlah dengan suara yang jelas, lantang dan intonasi yang berbeda-beda lalu ditambah dengan Gerakan isyarat. Ayah Bunda perlu melakukannya berulang-ulang sampai si Kecil berhasil memahami dan menirukan bahasa isyarat tersebut. Jangan mengajarkan terlalu banyak kata dalam sekali belajar. Sedikit demi sedikit namun terus diulang-ulang.
Jika si Kecil sudah bisa menerapkan beberapa kata dengan menggunakan gerakan tangannya maka Ayah Bunda dikatakan telah berhasil mengajarkannya dan dapat dilanjutkan untuk kata-kata selanjutnya. Ayah Bunda harus terus melakukannya setiap hari dan mencari peluang untuk menyebutkan kata-kata tersebut setiap harinya. Bayi belajar melalui pengulangan. Jadi, jika Ayah Bunda bertanya kepada si Kecil apakah dia lapar, buatlah isyarat “makan” beberapa kali, dan ajukan pertanyaan dengan cara yang berbeda. seperti “Apakah kamu ingin makan?” “Mau makan?” dan seterusnya. Jika Ayah Bunda membuat isyarat untuk suatu objek, arahkan ke objek tersebut setelahnya, ucapkan namanya, lalu ulangi prosesnya setidaknya dua kali.