Membesarkan sang buah hati tentu memiliki tantangan tersendiri, seperti saat anak mengalami speech delay atau keterlambatan bicara.
Lantas, benarkah gangguan bicara ini dapat berdampak pada psikologis anak, maka dari itu Bunda dan Ayah harus simak sampai habis ya!
Dari sejumlah penelitian yang ada secara umum keterlambatan bicara mempengaruhi pola berpikir, emosi dan juga sosial.
Daftar Isi
3 Pengaruh ke Psikologisnya Jika si Kecil Mengalami Speech Delay
Berikut ada beberapa pengaruh yang harus Bunda dan Ayah tau jika sang buah hati mengalami speech delay, di antaranya:
1. Emosi
Dalam dampak kondisi tersebut sang buah hati akan sulit untuk mengelola emosinya lantaran kesulitan mengungkapkan kemauannya.
Apabila jika si Kecil berusia 1-4 tahun, saat pengelolaan emosi masih cenderung naik turun.
Ketika sang buah hati sulit untuk mengungkapkan maunya apa, dan Bunda tidak mengerti apa yang dimaksud maka sang buah hati akan lebih mudah tantrum.
2. Dampak Sosial
Selanjutnya sang buah hati akan sulit untuk bersosialisasi, bahkan akan menarik diri dan kurangnya rasa percaya diri.
Sehingga si Kecil sering berperilaku suka memukul, menendang lantaran sulit berbicara dengan teman seusianya.
Meski speech delay terbukti memiliki sejumlah dampak psikologis, dalam penelitian juga memberikan kabar baik bahwa saat memasuki usia sekolah.
Maka, kemampuan yang sebelumnya sulit dicapai, dapat dikejar ketika memasuki sekolah.
3. Pola Pikir
Ketika kemampuan berbicaranya lebih lambat maka sang buah hati akan kesulitan untuk membaca dan menulis.
Meski hal ini tak dapat terjadi pada semua anak-anak dengan gangguan speech delay, kesulitan membaca dan menulis bisa saja terjadi.
Terlebih pada sang buah hati yang sudah terpapar gadget lebih dini dan dalam yang lama, si Kecil bisa saja sulit untuk berkonsultasi.
Mendeteksi Speech Delay pada Anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah memberikan tolak ukur yang jelas dalam tahapan perkembangan bicara pada anak usia dini. Sehingga Ayah dan Bunda dapat mendeteksi apakah si Kecil mengalami speech delay sesuai dengan tolak ukur tersebut.
Di antaranya adalah sebagai berikut:
Usia 0-6 bulan
- Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya.
- Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat membuat suara-suara seperti “aah” atau “uuh” yang dikenal dengan istilah cooing. Ia juga senang bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misalnya suara menyerupai berkumur. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara.
- Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.
- Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat merespons ketika namanya dipanggil dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya “papapapapa,” “dadadadada,” “bababababa,” “mamamamama.” Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.
- Waspada bila bayi tidak menoleh jika dipanggil namanya dan tidak ada babbling. Ini menjadi tanda penting si Kecil memiliki kemungkinan mengalami speech delay.
Usia 6-12 bulan
- Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar seperti ya, tidak, habis. Saat babbling, ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Ia pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti.
- Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan mama dan papa (atau istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya) dengan arti. Ia menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana (misal lihat itu, ayo sini). Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk, merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan tangan (dadah). Ia suka membeo, menirukan kata atau bunyi yang didengarnya.
- Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.
- Waspada bila bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan, dan ekspresi wajah kurang pada usia 12 bulan.
Usia 12-18 bulan
- Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah (Tolong ambilkan mainan itu). Kosakata anak bertambah dengan pesat;
- Pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.
- Waspada bila anak tidak bisa menyebutkan kata yang berarti pada usia 16 bulan, jika itu terjadi pada anak maka ia mungkin mengalami speech delay.
Usia 18-24 bulan
- Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat mengikuti perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita.
- Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.
- Waspada bila tidak ada kalimat yang terdiri dua kata yang dapat dimengerti pada usia 24 bulan, jika itu terjadi pada anak maka ia mengalami speech delay
Usia 2-3 tahun
- Setelah usia dua tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah biasa menggunakan kalimat dengan 2-3 kata.
- Mendekati usia tiga tahun bahkan kalimatnya sudah terdiri dari tiga kata atau lebih, dan mulai menggunakan kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak (misalnya Pok Ami-Ami dan lagu anak-anak sederhana lainnya).
Usia 3-5 tahun
- Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan percakapan di sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat panjang (lebih dari empat kata) saat berbicara.
- Pada usia empat tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang dialaminya.
Setelah mengetahui tahapan perkembangan bicara anak tersebut, maka jika Ayah dan Bunda merasa sang buah hati mengalami speech delay maka sebaiknya segera melakukan tindakan.
Banyak sekali faktor yang menyebabkan speech delay pada anak, maka orang tua harus mendeteksinya terlebih dahulu untuk memberikan penanganan yang tepat.
Jika perlu, Ayah dan Bunda bisa membawa si Kecil ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.***