Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang buah hati yang mengalami speech delay atau late talker.
Berkomunikasi tentu menjadi kunci agar sang buah hati bisa menyampaikan berbagai hal kepada orang tua maupun sebaliknya.
Maka, penting bagi Bunda untuk memantau perkembangan sang buah hati dalam berbicara dari tahapan-tahapan yang ada secara umum.
Siapa pun pasti akan kaget sekaligus bahagia saat mendengar si Kecil mengucapkan kata seperti Dada atau Mama.
Meskipun baru satu atau dua kata yang hanya terucap, tetap saja hal ini menambah kebagiaan sekaligus harapan bahwa anak bisa segera berbicara dengan lancar atau tidak speech delay.
Diketahui pada usia 2 bulan, bayi biasanya sudah mulai bisa merespons dengan mengeluarkan tawa atau disebut dengan istilah cooing.
Apabila sudah memasuki usia 6-9 bulan, sang buah hati mulai melakukan babbling atau mengucapkan kata yang berulang.
Kata pertama pun akan terucap saat ia memasuki usia 10 bulan dan kosakatanya akan semakin bertambah hingga usia 2 tahun.
Dikutip dari situs ASHA, semua hal tersebut dipengaruhi sejumlah hal seperti berikut ini:
- Kemampuan alami anak dalam memahamu bahasa
- Keterampilan lain yang sedang dipelajarinya pada saat yang bersamaan
- Paparan terhadap beragam kosakata setiap harinya
- Cara orang di sekitarnya memberikan respons terhadap usaha komunikasi yang dilakukan sang buah hati
Berbagai macam-macam faktor tentu perlu menjadi perhatian bagi Bunda selama tumbuh kembang sang buah hati.
Apabila bayi menunjukkan tanda bahwa dirinya belum bisa berbicara di antara usia tersebut, segera lakukan pemeriksaan.
Sebab, penyebabnya bukan hanya speech delay, melainkan bisa juga sang buah hati mengalami kondisi sebagai late talker.
Perbedaan Speech Delay dan Late Talker
Mungkin Bunda dan Ayah akan bertanya-tanya terkait perbedaan speech delay dan late talker, maka dari itu wajib simak sampai habis.
Late talker adalah kondisi di mana anak mengalami perkembangan bahasa dan ekspresif yang terlambat, sedangkan perkembangan lainnya terjadi dengan baik.
Karateristiknya tampak jika sang buah hati sulit untuk merangkai kalimat dalam dua kata, si Kecil juga hanya memiliki kosakata kurang dari 50 kata pada usianya yang sudah memasuki 24 bulan.
Hampir sama dengan late talker, speech delay merupakan perkembangan bahasa, ekspresif, artikulasi, dan suara yang terlambat.
Kondisi ini bahkan bisa disertai dengan gangguan kemampuan lainnya, meski terlihat serupa dengan late talker, anak yang mengalami speech delay cenderung terganggu dalam pembentukan suara, artikulasi, serta kelancaran dalam berbicara.
Jika sang buah hati menunjukkan tanda terlambat berbicara, maka segera konsultasikan agar bisa ditangani dengan langkah yang tepat, seperti terapi wicara.
Tanda tersebut di antaranya adalah tidak babbling, tidak terucap kata yang berarti, hingga hilangnya kemampuan bicara yang sebelumnya sudah diucapkan.
- Ajak anak untuk berkomunikasi dan berbicara setiap ada kesempatan.
- Hindari berbicara dengan cepat, serta beri jeda agar anak dapat meresponnya.
- Ulangi sebuah kalimat dengan pelafalan yang benar.
- Bacakan buku untuk memperkaya kosakata si Kecil.
Speech delay adalah keterlambatan kemampuan bicara dan bahasa yang tidak sesuai dengan usia anak.
Kondisi ini membuat anak tidak mampu menyampaikan pikirannya akibat keterbatasan bahasa dan pemahaman yang dimilikinya.
Apabilan tidak ditangani dengan tepat dan cepat, speech delay bisa menghambat perkembangan sang buah hati.
Dikutip dari situs JCFS, mengklasifikasikan late talker sebagai sebuah gangguan kemampuan bicara pada anak yang ditandai dengan kemunculan bahasa yang terlambat.
Berbeda dengan speech delay yang biasanya keterlambatan bicaranya juga dibarengi dengan adanya gangguan lain seperti autisme, ADHD dan lainnya, namun ini tidak berlaku untuk anak yang mengalami late talker.***