Bunda mungkin pernah berpikir bahwa, dengan menjadikan anak bisa bilingual membuat masa depannya menjadi lebih cerah. Dengan kesempatan yang terbuka lebar dan dapat membentengi diri untuk menghadapi transisi zaman.
Jika hal tersebut menjadi keinginan Bunda, itu adalah keputusan yang tepat. Karena menjadi bilingual akan membuka lebih banyak jendela informasi yang dapat ia akses. Pikirannya akan jauh lebih terbuka, dan dirinya dapat menjaring koneksi yang lebih luas dibandingkan para monolingual.
Namun, yang menjadi pertanyaan Bunda saat ini, kapankah waktu ideal untuk mengajarkan bahasa kedua untuk si Kecil? Ada pula yang menyebutkan bahwa mengajarkan dua bahasa kepada anak balita dapat membuatnya telat bicara. Benarkah demikian?
Daftar Isi
Mitos Anak Telat Bicara Karena Bilingual
Ada banyak mitos yang muncul dalam ranah pengasuhan anak, tak terkecuali dalam hal perkembangan kemampuan bicara si Kecil. Ini merupakan salah satu tahap penting yang menjadi perhatian semua orang tua.
Dalam tahap perkembangan ini seringkali anak mengalami berbagai gangguan sehingga ia tidak dapat mencapai milestones sesuai usianya. Terdapat berbagai alasan yang membuat si Kecil mengalami keterlambatan bicara, sehingga muncullah berbagai mitos penyebab gangguan ini.
Beberapa mitos yang menyebutkan bahwa anak bisa mengalami speech delay atau telat bicara karena ia tinggal di lingkungan bilingual atau diajarkan bilingual sejak dini di antaranya:
1. Si Kecil yang tinggal di lingkungan bilingual akan otomatis mempelajari dua bahasa sekaligus hingga menyebabkan ia kebingungan dalam penggunaan bahasa.
2. Bilingual menyebabkan anak terlambat bicara. Anak yang dibesarkan dengan dua bahasa mengalami keterlambatan bicara dibandingkan dengan anak yang dibesarkan monolingual. Hal ini karena ada anggapan bahwa anak akan kebingungan saat mencoba berbicara.
3. Anak takkan bisa bahasa kedua jika tidak diajari sejak dini. Dan ini juga berkaitan dengan mitos lain yang menyebutkan bahwa terlambat bagi anak diajarkan bilingual jika usianya sudah lebih 2 tahun.
4. Anak bilingual akan memiliki masalah akademik.
Fakta Anak Bilingual yang Perlu Bunda Ketahui
Dari keempat mitos yang pernah beredar tersebut, tidak ada satupun yang dapat dibenarkan. Hal tersebut terbantahkan oleh fakta-fakta yang sudah diperkuat dengan adanya penelitian dari para ahli. Berikut beberapa fakta tentang anak bilingual.
1. Bilingual Tidak Membuat Anak Kebingungan
Si Kecil yang terbiasa bilingual sejak dini akan terlihat kebingungan saat berbicara. Biasanya ia akan mengeluarkan beberapa kata dari bahasa keduanya saat berbicara, sehingga diksi yang ia gunakan menjadi bahasa campuran.
Pada faktanya, si Kecil yang mencampuradukkan dua bahasa disebabkan karena ia belum memiliki kosakata yang cukup lengkap untuk menopang anak dalam berkomunikasi. Nah, dari hal tersebut si Kecil cenderung menggunakan kata-kata yang mereka ketahui, meskipun dari bahasa lain untuk mengekspresikan diri atau menyampaikan sesuatu.
Contohnya, ketika anak ingin menyampaikan sesuatu dalam bahasa Indonesia, tapi kata tersebut belum ia pahami sepenuhnya maka akhirnya anak memilih kata yang diketahui saja dalam bahasa lain. Dan saat anak belum sepenuhnya mengerti dengan kata-kata yang diucapkan, biasanya ia akan menunjuk atau memberi isyarat, seperti yang dilakukan oleh anak monolingual lainnya.
2. Bilingual Tidak Membuat Anak Telat Bicara
Apakah benar anak terlambat bicara disebabkan oleh bilingual? Ternyata, itu hanyalah mitos semata. Kondisi bilingual di rumah tidak menyebabkan telat bicara pada si Kecil. Hanya saja, anak tidak seharusnya diajarkan beberapa bahasa sekaligus saat ia baru belajar berbicara.
Karena bahasa ibu memang seharusnya diajarkan secara lengkap terlebih dahulu. Nanti setelah anak sudah bisa berbicara, baru boleh menambahkan pengetahuan bahasa asing.
Hal ini ditegaskan oleh psikolog anak yang sudah lama berkecimpung di dunia anak-anak, Roslina Verauli, M.Psi., Psi. Menurutnya, seperti dikutip di Mommiesdaily, dwibahasa sama sekali tidak ada hubungannya dengan speech delay atau terlambat bicara. Karena kalau anak dikenalkan dengan beberapa bahasa, maka yang terjadi adalah code mixing atau campur kode yang akan menyebabkan peleburan dari bahasa ke bahasa.
Anak bilingual terlihat seperti memiliki sedikit kosakata. Padahal sebenarnya ia memiliki banyak kosakata, namun berasal dari dua bahasa yang berbeda. Sehingga kosakatanya untuk bahasa utamanya terlihat sedikit yang membuat ia terlihat seperti mengalami telat bicara.
Dan speech delay ini terjadi memang karena ada keterlambatan dalam perkembangan anak, atau karena adanya gangguan biologis, termasuk mengalami gangguan atensi, bukan karena dikenalkan beberapa bahasa.
Jadi kalau memang pada dasarnya anak ada bakat speech delay, perkembangan berbahasanya memang akan terhambat. Maka orang tua pahami dulu kondisi anak agar tidak langsung mengajarkan bahasa asing sejak dini. Dan disarankan pengenalan dengan beberapa bahasa lain pada masa golden age atau di atas usia 2 tahun. Tidak pernah ada kata terlambat untuk memperkenalkan anak pada bahasa kedua selagi orang tua konsisten dan sabar mengajarkanya.
3. Faktanya Perkembangan Bicara Anak Tidak Sama
Aspek perkembangan bicara menjadi salah satu bagian penting dalam tumbuh kembang anak. Hal inilah yang kerap jadi kecemasan para orang tua saat menilai perkembangan bahasa anak tidak sesuai harapan. Padahal aspek ini memiliki tahapan dalam perkembangannya. Tahap perkembangan bahasa anak meningkat seiring bertambahnya usia.
Seorang anak akan belajar berbicara lewat meniru suara dan bunyi-bunyi orang di sekitarnya.Dijelasakan oleh Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Konsultan Psikiatri Anak & Remaja, dr. Anggia Hapsari, Sp.KJ (K) setiap anak mengembangkan keterampilan bicara dengan cara masing- masing, baik anak yang monolingual maupun dua bahasa. Kadang orang tua sering menyalahkan penggunaan dua bahasanya.
Jadi konsep bilingual sangat baik jika sesuai dengan aturan dan kaidah penerapannya. Namun perlu diingat, orang tua juga harus memahami kemampuan anak dalam menyerap informasi. Orang tua diharapkan untuk tidak memaksakan keinginan penerapan konsep bilingual jika anak terlihat kesulitan.
4. Bilingual Justru Tingkatkan Kekuatan Otak
Dilansir dari webmd, orang yang menguasai dua bahasa memiliki keunggulan keterampilan komunikasi dan otaknya berkembang lebih padat. Otak yang berkembang lebih padat ini berarti ia memiliki keunggulan dalam berbagai kemampuan dan keterampilan.
Hal tersebut dilaporkan oleh penelitian dari Wellcome Department of Imaging Neuroscience and colleagues London, peneliti Andrea Mechelli dan rekannya, termasuk para ahli dari Fondazione Santa Lucia, Roma, yang telah mengamati kepadatan otak orang-orang bilingual.
Yang lebih mencengangkan lagi adalah, dari studi tersebut diketahui bahwa efek paling signifikan terjadi pada mereka yang sudah mempelajari bahasa kedua pada usia dini, yaitu di bawah 5 tahun. Fakta ini menepis anggapan bahwa bilingual dapat menyebabkan terlambat bicara, karena pada kenyataannya terjadi sebaliknya.
Hanya saja, setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Sehingga orang tua perlu menyesuaikannya dengan kemampuan si Kecil. Memang sebaiknya mengenalkan bahasa kedua ketika anak sudah mulai lancar dalam berbicara.