Melalui sistem sensori, sang buah hati dapat merasakan apa yang ada di lingkungannya, dan memproses sebuah informasi.
Mulai dari suara yang masuk, sentuhan, rasa, bau, atau visual yang diterima dari lingkungan sekitar sang buah hati.
Diketahui, sejak di dalam kandungan sistem saraf manusia sudah berkembang dan terus mengalami perkembangan hingga dewasa.
Sistem ini erat kaitannya dengan pemrosesan informasi dan suatu informasi tidak bisa terproses dengan baik jika terjadi sebuah gangguan.
Agar sang buah hati bisa memproses semua informasi dengan baik, maka sistem sensorinya harus bekerja dengan amat baik.
Jika salah satu indera mengalami adanya gangguan maka sebuah informasi tidak bisa terproses dengan baik.
Ada gangguan pemrosesan informasi bisa berakibat pada terganggunya perkembangan anak, salah satunya adalah keterlambatan berbicara atau speech delay.
Dikutip dari live Instagram @ceritageneros, dr. Ria Yoanita, Sp.A selaku dokter spesialis anak, dirinya menjelaskan jika si Kecil ada gangguan sensori kemungkinan akan mengalami speech delay.
“Berdasarkan penelitian pada tahun 2009 bahwa anak-anak yang mengalami gangguan sensori memiliki risiko yang sangat tinggi untuk mengalami speech delay,” ungkap Ria.
Maka dari itu, jika mengalami gangguan seperti itu akan berkaitan dengan speech delay lantaran sang buah hati akan mengalami gangguan pemrosesan informasi.
Ciri-ciri utama pada si Kecil adalah anak tidak bisa fokus pada satu hal, sehingga ketika sang buah hati tidak bisa fokus maka pemrosesan informasi tidak bisa bekerja secara maksimal.
Jika sang buah hati mengalami gangguan tersebut, misalkan Bunda sedang memanggil si Kecil kemungkinan tidak dapat meresponsnya dengan cepat.
“Jadi adanya sesuatu yang diperintahkan ke dia, dia tidak dapat merespons itu dengan cepat, otaknya tidak mengolah dengan cepat,” jelas Ria Yoanita.
Mungkin Bunda akan bertanya-tanya apa saja gangguan modulasi sensori yang dapat terjadi kepada sang buah hati.
Daftar Isi
3 Gangguan Modulasi Sensori yang Bisa Terjadi pada si Kecil
Dikutip dari situs autismparentingmagazine.com, ada tiga gangguan modulasi yang bisa terjadi pada sang buah hati, di antaranya:
1. Hiposensitif
Anak yang mengalami hiposensitif, maka si Kecil akan mengalami kurang merespons atau bahkan tidak akan memperhatikan rangsangan tersebut dari lingkungan sama sekali.
Akibatnya sang buah hati akan cenderung menjadi apatis dan tidak memiliki dorongan untuk eksplorasi.
2. Sensation Seeking
Si Kecil dengan sensation seeking seringkali merasa tidak puas dengan rangsangan sensori yang ada.
Maka sang buah hati akan cenderung mencari aktivitas yang menimbulkan sensasi lebih, seperti berputar-putar hingga pusing, tapi justru ia menyukasi sensasi pusing tersebut.
3. Hipersensitif
Anak yang mengalami hipersensitif akan bereaksi berlebihan terhadap pengalaman sensori yang kebanyakan anak lain bereaksi biasa saja.
Misalnya hipersensitif terhadap sentuhan, ketika ada sehelai rambut di tangan, ia bisa berteriak dan merasakan ketidaknyamanan secara berlebihan.
Sang buah hati bisa saja mengalami lebih dari salah satu gangguan modalasi tersebut secara sekaligus.
Gangguan modulasi pada sang buah hati cukup akan membuat Bunda menjadi resah dan tidak sedikit dari anak yang mengalami akan cenderung hiperaktif.
Apalagi jika sang buah hati mengalami speech delay tentu akan bertambah kesulitan dalam mengekspresikan apa yang dirasakannya sehingga bisa mudah mengamuk.
Cara Atasi Gangguan Sensori yang Sebabkan Speech Delay
Jika gangguan sensori menyebabkan proses terlambatnya bicara, maka sensorinya harus dibetulkan terlebih dahulu.
Namun jika sudah terlambat bicara dan terkena gangguan sensori, berdasarkan beberapa penelitian itu lebih mengarah ke suatu gangguan perilaku contohnya spectrum autism.
Maka dari itu perlu adanya evaluasi lebih lanjut, jika terlambat bicara saja maka terapinya akan lebih mudah dibandingkan dengan yang memiliki tambahan gangguan sensori.
Cara mengatasinya bisa dengan terapi integrasi, terapi perilaku dan lain-lain kasus.
“Bisa terapi sensori integrasi, terapi perilaku dan lain-lain kasus by kasus,” ungkap Ria Yoanita.
Atau bisa juga dengan mempraktikkannya di rumah dengan melakukan pijat area mulut, melakukan pijat bisa juga melatih dengan gerakan mengunyah, menjilat, menyedot sambil meniup untuk melatih otot mulutnya.***