fbpx

Jangan Anggap Sepele Bunda! Ini Dampak Jangka Panjang Jika si Kecil Speech Delay

by | Apr 27, 2024 | Keluarga, Kesehatan Mental

GENEROS.ID –  Masih sedikit dari orang tua di Indonesia yang menyadari bahwa sang buah hatinya terkena speech delay.

Jika si Kecil mengalami speech delay, ada hal yang perlu diwaspadai oleh Bunda dan Ayah di masa depannya nanti.

Karena kemampuan untuk dapat berbicara dan berbahasa merupakan tanda tumbuh kembang sang buah hati.

Pada kondisi tertentu, tidak sedikit anak yang mengalami keterlambatan bicara di masa kecilnya.

Hal ini memang membuat para orang tua sedikit khawatir akan apa yang dialami sang buah hati.

Keterlambatan bicara atau speech delay dialami oleh 5-8 persen anak pada usia pra sekolah.

Keterlambatan tersebut bisa jadi disebabkan oleh gangguan pendengaran lidah yang kaku, autis, atau si Kecil yang tidak mendapat stimulasi yang baik dari kedua orang tuanya.

Dikutip GENEROS.ID dari situs IDAIspeech delay yang dibiarkan akan membawa efek jangka panjang berupa gangguan kecerdasan dan perilaku.

Jika sang buah hati mengalami keterlambatan bicara akan mengakibatkan anak memiliki masalah sosial.

Selain itu, disebutkan pula bahwa keterlambatan berbicara akan meningkatkan risiko yang lebih besar bagi anak untuk memiliki masalah emosional dan perilaku sebagai orang dewasa.

Baca Juga  Tahukah Bunda, Ini 4 Tips Orang Tua Bahagia yang Bikin Anak Tumbuh Optimal
Ada sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 6.941 anak-anak berusia 5 tahun untuk mengukur keterampilan bahasa reseptif.

Secara keseluruhan, anak-anak yang menunjukkan tanda keterlambatan dalam keterampilan bahasa reseptif cenderung mengalami masalah kesehatan mental pada usia 34 tahun.

Dampak Jangka Panjang jika si Kecil Mengalami Speech Delay

Dampak Jangka Panjang jika si Kecil Mengalami Speech Delay

Berikut dampak panjang yang akan dirasakn sang buah hati jika mengalami speech delay, di antaranya:

1. Gangguan pada Akademik dan Pekerjaan

Anak-anak yang mengalami keterlambatan dalam bicara dan berbahasa akan mengakibatkan anak sulit untuk mencapai pemahaman.

Lebih lanjut, sang buah hati akan sangat rentan dalam kaitannya dengan pendidikan.

Baca Juga  Begini Cara Kerja Screen Time Pengaruhi Emosi Anak

Gangguan bicara dan bahasa yang diidentifikasi saat usia 5 tahun, 72 persennya tetap mengalami gangguan di usia 12 tahun.

2. Peningkatan Risiko Ansietas Sosial

Remaja dengan gangguan perkembangan bahasa akan memiliki kadar kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan temannya yang tidak mengalaminya.

Penelitian yang dilakukan oleh Brownlie dan kawan-kawan pada tahun 2016 menunjukkan bahwa anak yang mengalami keterlambatan bicara memiliki peluang lebih besar untuk mengalami ketakutan berlebihan saat bersosialisasi di usia 19 tahun.

Selain itu, anak akan mengalami gejala kecemasan akibat kegiatan bersosialisasi di usia 31 tahun.

3. Kesulitan Dalam Pertisipasi Sosial

Kepada anak yang mengalami keterlambatan berbicara akan lebih berisiko mengalami kesulitan dalam membangun hubungan dengan teman sebaya.

Kesimpulan tersebut dihasilkan dari penelitian yang dilakukan lebih dari 9 tahun pada 171 anak berusia 7-16 tahun dengan riwayat gangguan bahasa.

Cara Mengatasi Speech Delay

Memperhatikan dampak panjang dari keterlambatan berbicara dan berbahasa yang mungkin dialami anak, para orang tua harus senantiasa melihat tumbuh dan kembangnya.

Baca Juga  Intip Persiapan Ramadhan Keluarga Shabira Alula

Chatarine M. Sambo, seorang dokter anak, menulis sebuah artikel di laman resmi milik Ikatan Dokter Anak Indonesia mengenai beberapa cara yang dapat digunakan untuk mencegah keterlambatan berbicara pada anak.

Kuncinya terletak pada stimulasi perkembangan yang baik dan ketepatan waktu menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan pada anak. Stimulasi perkembangan bicara dan bahasa dapat dilakukan sedini mungkin pada anak.

Orang tua haruslah membaca dengan suara jelas, mengajak bayi dan anak bercakap-cakap, memberi respons terhadap ocehan anak, atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dan bernyanyi. Ponsel dan televisi bukanlah metode stimulus yang baik.

Orang tua juga harus memahami perkembangan normal pada anak dengan membaca buku panduan kesehatan anak yang memuat data kelahiran, berat badan, dan rekam jejak imunisasi dan kesehatan anak.

Selain itu, lakukan pemeriksaan deteksi dini terhadap gangguan perkembangan secara berkala serta konsultasi dengan dokter. Deteksi tersebut dapat dilakukan pada hari ketiga setelah bayi lahir.

Jadi seperti itu Bunda, jangan sampai sang buah hati menyesal di masa depannya nanti jika dirinya masih mengalami speech delay.

Namun tak hanya Bunda saja, Ayah juga harus menstimulasi sang buah hati agar anak tak mengalami keterlambatan bicara.

Dengan mengikuti cara mengatasi hal di atas, Bunda dan Ayah dapat menstimulasi sang buah hati agar tak terkena keterlamabatan bicara.***

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...