Tumbuh kembang – Hari Anak Nasional jadi momentum yang baik untuk melihat kemampuan anak Indonesia merdeka. Pada peringatan tersebut Presiden Indonesia, Jokowi berpesan banyak mengenai masa depan anak-anak. Salah satu pesan yang menarik ialah “Jangan terlalu memaksakan kehendak maupun keinginan kita (orang dewasa) kepada anak-anak” Nah lho.. kira-kira Bunda paham gak ya apa yang dimaksud oleh Pak presiden
Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Sebagai orang tua pasti melakukan yang terbaik agar anak kita sehat, terlindungi, dan menjamin masa depan yang baik. Namun, secara tidak sadar keinginan kita tersebut bisa melampaui batas dan melupakan satu hal, yaitu dunia anak adalah dunia bermain
Pada kesempatan sebelumnya, Generos sempat mengadakan podcast Hallo Bunda bersama Kak Seto. Pada video tersebut, Kak seto menegaskan bahwa dunia anak hanya dunia bermain. Sesuai dengan kutipan Pak Presiden di atas, bahwa anak-anak bukanlah orang dewasa versi mini. Mereka memang anak-anak yang masih belajar untuk bereksplorasi maupun bersosialisasi. Anak-anak juga masih belajar untuk menyelesaikan masalah, walaupun tetap membutuhkan bantuan dari orang tuanya.
“Anak-anak adalah ibarat aneka warna bunga-bunga indah di taman sari keluarga, ada mawar, melati, anggrek, kenanga, mana yang paling indah? semuanya indah, hargailah putra-putri kita yang unik, otentik, dan tidak terbandingkan dan anak-anak atau bunga ini akan merekah dengan segala keelokannya kalau ditanam di tanah subur,” jelas Kak Seto
Kak Seto berumpama bahwa dunia anak itu sangatlah unik dan menarik. Biarkan mereka mencari kehebatan dengan sendirinya. Sehingga saat anak dewasa nanti, mereka bisa menentukan sendiri kemampuan yang akan . Jangan memaksajan anak harus pintar matematika, kalau nyatanya anak lebih pintar di seni seperti menggambar ataupun pintar bermain musik.
“Jangan pernah ada diskriminasi terhadap anak, bahwa semua anak hebat, mau sekarang jadi dokter, mau jadi insinyur, mau jadi lawyer, mau jadi penyiar, wartawan, youtuber, semuanya hebat,” tuturnya.
Selaras dengan pendapat Kak Seto yang saat ini masih senang berkecimpung di dunia anak, Retno Listyarti selaku Komisioner KPAI saat ini juga menegaskan bahwa orang tua bisa membantu mengarahkan kemampuan anak, bukan memaksakan.
“Kadang orang tua bilang, gara-gara anak banyak main basket maka matematika jelek. Bukan begitu, tetapi memang itu hobi kesenangan , serta kecerdasannya anak ada di bidang tersebut Nah harusnya kita (orang tua) dorong dia bisa profesional di bidang itu,” Ujar Retno
Lalu bagaimana sikap orang tua agar tidak terlalu memaksakan kehendak?
Daftar Isi
Ketahui Dulu Kelebihan Anak
Mungkin saat ini orang tua masih berpikir bahwa kecerdasan akademik masih yang harus diutamakan dalam kemampuan anak. Padahal, masih banyak yang bisa anak kembangkan. Contohnya, anak yang pandai berbicara mungkin ia bisa menjadi presenter atau content creator. Atau dari kecil sudah terlihat bakat musik jika saat Bunda memberikan alat musik, anak sangat suka dan masih banyak lagi.
Yang paling penting, melihat kelebihan anak yang bisa dikembangkan. Jika ternyata ia lebih fokus pada satu bidang bisa jadi itu kelebihan yang harus kita optimalkan
Optimalkan kemampuan Anak
Setelah mencoba berbagai kegiatan agar kita mengetahui kemampuan anak. Poin kedua yang penting diperhatikan orang tua yaitu memberikan mereka wadah untuk mengembangkan kelebihan tersebut. Seperti jika anak menyukai olahraga basket, tanyakan kemauan dia untuk masuk klub basket, begitu juga dengan kemampuan yang lain
Kembali lagi, sebagai orang tua kita hanya bisa memberikan dorongan semangat dan mengarahkan anak. Jika memang anak ingin menekuni keahlian tersebut, bimbing dia untuk lebih fokus. Dampingi dia jika mulai jenuh, karena akan ada masa anak merasa bosan dan tidak mau menekuni keahliannya lagi. Oleh sebab itu, peran orang tua diperlukan untuk mendampingi mereka
Jangan Membanding-bandingkan Kemampuan Anak dengan yang Lain!
Kejadian ini mungkin juga dialami oleh Bunda saat kecil. Yups! Membandingkan. Secara tak sadar, ucapan membandingkan satu dengan yang lain memang mudah terlontar. Tetapi efek untuk yang menerima ternyata besar lho dan bisa membuat pribadi anak berubah!
Tentunya kita sebagai orang dewasa sendiri tidak menyukai hal tersebut jika kita dibandingkan dengan ibu-ibu lainnya yang misalnya berhasil mempunyai anak dengan keahlian tertentu. Apalagi anak-anak, tentunya sangat tidak nyaman. Padahal sebagai orang tua kita tahu, bahwa anak kita adalah yang terbaik juga.
:Jangan mudah membandingkan anak dengan saudaranya atau teman sebayanya. Itu bisa menyakiti. Jangan juga lakukan atau bilang “dulu mama” jangan lakukan itu, atau “anak teman Mama” jangan pernah membandingkan, kita aja tidak suka dibandingkan, anak juga sama,” tutup Retno