fbpx

Waspada Bunda! Kelebihan Gula Pengaruhi Otak Anak, Ini 4 Dampaknya

by | Oct 14, 2023 | Nutrisi

generos.id – Makanan atau camilan manis yang mengandung gula sering kali menjadi makanan favorit anak-anak. Maka tak heran saat ini beberapa anak yang telah terbiasa mengonsumsi makanan manis mengalami dampak buruk dari gula tersebut.

Pada dasarnya, gula merupakan salah satu sumber energi yang dibutuhkan tubuh. Namun, asupan manis berlebih pada anak justru dapat mempengaruhi kesehatan tubuh dan juga proses tumbuh kembangnya.

Kebiasaan mengonsumsi asupan manis berlebih pada anak dapat mengganggu kemampuan otak untuk berfungsi secara optimal. Bahkan, kondisi ini juga bisa berdampak pada penurunan daya ingat dan konsentrasi anak.

Saat ini makanan olahan menjadi hal yang normal di masyarakat, dan akibatnya, kita makan lebih banyak asupan yang manis daripada sebelumnya.

Tidak hanya itu, kelompok usia anak-anak dan remajalah yang paling banyak mengonsumsi makanan dan minuman manis. Ini merupakan fakta yang menyedihkan, mengingat gula berlebih memiliki dampak yang tidak main-main bagi tubuh, terutama bagi anak-anak.

Dalam penelitian mengungkapkan asupan gula berlebih berdampak buruk terhadap kesehatan otak anak.

Padahal, otak memegang kendali atas kinerja tubuh. Secara alamiah, koordinasi mata, oromotor, dan semua jaringan saraf terhubung pada otak. Sehingga otak memiliki peran yang paling utama dalam tubuh manusia.

Dampak Perkembangan Otak Anak Kelebihan Gula

Kandungan manis yang berlebih yang biasanya terdapat di hidangan olahan dengan rasa manis bersifat berbahaya. Berikut beberapa dampak buruknya:

Baca Juga  Bunda, Ini Manfaat Antioksidan untuk Cegah Gagal Ginjal Akut

1. Berkurangnya Jumlah Neuron

Otak anak terus berkembang, ia sangat rentan terhadap efek asupan yang manis apalagi konsumsi makanan tinggi gula dalam waktu lama setiap harinya.

Hal demikian telah dikaitkan dengan hilangnya neuron (sel yang membentuk otak) di korteks prefrontal, dan dapat berdampak negatif pada pembentukan proses kognitif.

Neurogenesis atau pembentukan neuron baru, merupakan bagian penting dari pembentukan memori dan pembelajaran.

Penelitian telah menunjukkan asupan gula yang tinggi dapat mengurangi proses ini dan berpotensi berdampak pada kinerja tugas seperti kemampuan belajar.

2. Korteks Prefrontal tak Berkembang Baik

Masih berhubungan dengan sebelumnya, bahwa neuron-neuron yang hilang pada korteks prefrontal membuat bagian otak tersebut tidak berkembang dengan baik.

Saat korteks prefrontal belum matang maka ini dapat menurunkan kemampuan mengontrol dirinya selama tahap kehidupan ini. Dan inilah yang menjadi alasan mengapa si Kecil mengalami masalah perilaku seperti tantrum berlebih.

3. Merusak Hippoccampus

Seperti halnya saat stres yang dapat merusak hippoccampus, asupan manis berlebihan pun demikian. Seperti yang dibuktikan dalam penelitian yang dipublikasi di jurnal Frontiers in Molecular Neuroscience, yang menjadikan tikus sebagai objek penelitian mereka.

Baca Juga  Khasiat Temulawak untuk Anak Susah Makan

“Kami menemukan tikus yang mengonsumsi gula tapi tak terpapar stres memiliki perubahan yang sama pada otaknya dengan kelompok tikus yang terpapar stres tapi tak minum gula,” kata ahli farmasi Profesor Margaret Morris dari University of New South Wales di Australia.

“Ekspos terhadap stres dan gula ini melemahkan reseptor yang mengikat hormon stres kortisol, yang kemudian memengaruhi kemampuan untuk pulih dari situasi penuh tekanan,” ujarnya menambahkan.

4. Anak Semakin Kecanduan Gula

Di dalam otak terdapat zat kimia yang disebut dopamin, yang merupakan neurotransmitter (pembawa pesan di otak) yang penting untuk gerakan, motivasi, dan juga kecanduan.

Saat anak makan makanan yang sangat menyenangkan (seperti camilan manis), dopamin dilepaskan.

Mengonsumsi makanan jenis ini dalam jumlah banyak dapat memicu sistem penghargaan ini ke tingkat yang tinggi dan mendorong seseorang untuk makan lebih banyak daripada yang mereka perlukan untuk memenuhi kebutuhan energinya.

Alhasil, anak akan terus menerus mengonsumsi makanan manis dan tubuhnya tidak dapat menghentikannya karena sudah kecanduan.

Studi lain yang diterbitkan dalam jurnal Translational Psychiatry  ditemukan bahwa asupan gula yang berlebihan selama masa kanak-kanak dan remaja dapat memengaruhi perkembangan otak dan menyebabkan gangguan dalam pembelajaran dan memori di masa dewasa.

Baca Juga  Bagaimana Rupa Botol dan Rasa Generos Asli? Ini 3 Ciri-cirinya

Kemudian saat sudah terbiasa, atau kecanduan manis, mengonsumsi terlalu banyak gula di masa dewasa dapat menyebabkan peningkatan tingkat jenis bakteri usus yang disebut parabacteroides.

Semakin tinggi tingkat parabacteroides, semakin buruk kinerja tubuh dalam tugas memori dan pembelajaran. Sehingga kembali lagi dampak buruknya juga menimpa pada fungsi otak.

Si Kecil Menyukai Makanan Gula Termasuk Cokelat

Si Kecil Menyukai Makanan Gula Termasuk Cokelat

Untuk menghindari berbagai dampak berbahaya di atas, sebaiknya ganti konsumsi makanan olahan yang mengandung banyak pemanis dengan makanan manis alami seperti buah-buahan segar.

Selain memberikan rasa manis dan memuaskan, konsumsi buah segar juga memberikan bonus tambahan serat, antioksidan, dan fitokimia yang mengurangi lonjakan gula di dalam aliran darah dan menghindarkan tubuh dari dampak negatifnya.

Dan sebenarnya otak anak dapat beradaptasi kembali saat Bunda mengurangi yang manis-manis, dan tidak akan terlalu mendambakan makanan manis lagi.

Namun, hal ini bisa memakan waktu cukup lama, bahkan berbulan-bulan, tergantung pada tingkat ketergantungan seseorang pada makanan yang manis-manis.

Dan juga penting untuk memperhatikan asupan yang manis pada anak penting dilakukan setiap orang tua agar proses tumbuh kembangnya berjalan secara optimal.

Selain itu, jangan lupa untuk membiasakan anak menerapkan pola hidup sehat dengan mengonsumsi makanan bernutrisi seimbang, berolahraga secara rutin, dan mencukupi waktu istirahat.***

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...