Sebelum mengelola emosi, Ayah dan Bunda perlu mengetahui kondisi kesehatan mental diri sendiri. Adapun tanda-tanda dari kesehatan mental yang dialami orang tua bisa digolongkan menjadi tiga, yaitu tanda-tanda berat, sedang, dan ringan.
Orang tua bisa mendeteksi secara dini mengalami stres atau tidak. Selain itu, bisa juga mendeteksi kegiatan selama di rumah dengan banyak beraktivitas atau hanya diam. Lebih parahnya lagi, ketika orang tua sudah mengalami kesehatan mental yang lebih parah. Ini dapat berakibat fatal pada anggota keluarga di rumah, terutama anak-anaknya.
Misal, saat anak tidak mau membereskan mainannya. Orang tua jadi lebih sentimental dengan melakukukan kekerasan pada anak dengan marah-marah, bahkan ada yang sampai memukul anak. Hal ini merupakan akibat dari gangguan atau perasaan gelisah orang tua selama di rumah. Sehingga melampiaskannya kepada orang lain, bisa terhadap pasangan bahkan anak.
Hal tersebut bisa dijadikan indikator untuk gejala kesehatan mental yang dialami Ayah maupun Bunda. Maka dari itu, penting untuk orang tua belajar mendeteksi secara dini tanda-tanda kesehatan mental. Perubahan mental yang dialami orang tua tersebut merupakan bentuk dari stres.
Dengan begitu, orang tua terbawa dengan kondisi stres yang mengakibatkan hal-hal negatif dan berdampak pada emosi keluarga. Selain itu, kesehatan mental yang dialami akan berdampak pada perasaan-perasaan sedih, gangguan kecemasan atau depresi, dan susah tidur.
Daftar Isi
Metode untuk Kelola Emosi
Tetapi, jika orang tua bisa memanajemen dan mengelola emosi dengan baik, maka akan berdampak juga dengan energi positif yang bisa dirasakan oleh orang sekitar. Hal itu terlihat pada anak-anak yang terlihat lebih ceria dan lebih semangat. Kondisi ini juga dapat meminimalisir anak mengalami tantrum.
1. Berfokus pada Emosi
Metode ini merupakan salah satu upaya untuk mengontrol emosi dengan baik. Mengatur perasaan dan tindakan dengan cara menerima merupakan upaya yang tepat dalam mengelola emosi. Menerima kondisi yang seperti ini sangat penting untuk diterapkan, dengan begitu orang tua dan keluarga bisa mulai berpikir kondisi yang sedang dirasakan.
Setelah dapat menerima kenyataan yang tidak sesuai dengan ekspektasi tersebut maka akan mudah untuk berpikir untuk melakukan tindakan yang bisa menangani kondisi tidak ideal itu. Jangan sampai orang tua terlalu terpuruk terhadap pikiran-pikiran negatif. Sehingga mengakibatkan pertengkaran dengan pasangan atau anak.
Ayah dan Bunda bisa saling melakukan kegiatan yang positif untuk merelaksasi diri, seperti berolahraga atau melakukan kegiatan yang disukai. Selama bisa saling mengatur waktu antara pekerjaan, keluarga, dan hobi, maka stres dapat diredam.
2. Berfokus pada Penyelesaian Masalah
Fokus pada penyelesaian masalah yang sedang dihadapi merupakan hal yang penting dalam mengelola emosi. Terkadang orang tua mengalami stres, tetapi tidak mengetahui dengan teliti sumber utama yang menimbulkan stres.
Hal ini penting untuk dicari tahu, karena jika tidak mengetahui sumber masalah utama, maka untuk penanganannya pun hanya bisa meraba-raba dan tidak menyelesaikan masalah. Untuk berfokus pada penyelesaian ini, maka fokus terhadap penyebab utama yang menyebabkan stres, bukan dengan uring-uringan mengungkit semua kesalahan orang-orang di sekitarnya.
3. Mendekatkan Diri pada Tuhan
Mendekatkan diri kepada Tuhan merupakan metode yang ampuh. Bisa dengan melakukan kegiatan keagamaan yang bisa dilakukan di rumah. Hal ini bisa mengurangi emosi supaya kita tidak terlalu terbawa dengan perasaan-perasaan negatif ataupun stres.
Melakukan ibadah keagamaan diyakini dapat memberikan ketenangan pada diri. Dengan begitu, keluarga bisa mengambil hikmah dari kondisi seperti ini. Keluarga bisa saling dekat satu sama lain jika mempunyai banyak kegiatan di rumah. Hikmahnya, orang tua bisa mengetahui dan melihat perkembangan anak.