Kemampuan bahasa setiap anak memang berbeda-beda, tergantung stimulus yang diberikan oleh orang tua dan orang-orang di lingkungan tempat tinggalnya.
Di usia balita, sang buah hati akan mempelajari bahasa dari yang dirinya dengar, sehingga si Kecil lebih mudah meniru ucapan orang-orang di sekitarnya.
Masalah yang paling banyak dijumpai terkait kemampuan bahasa pada anak adalah speech delay atau keterlambatan bicara.
Selain dipengaruhi stimulus lingkungan, kondisi fisik dan kepribadian anak juga bisa memengaruhi masalah bahasa.
Hal tersebut pun dialami oleh selebritis tanah air Nycta Gina, maka dari itu yuk Bunda melihat kisah perjuangan selebritis tersebut untuk mengatasi anaknya yang mengalami speech delay.
Daftar Isi
Kisah Perjuangan Nycta Gina Menghadapi Anaknya yang Speech Delay
Bicara soal terapi bicara sebenarnya sangat beragam ya Bunda, tergantung dengan kondisi anak.
Seperti yang dijalani Uta, anak sulung pasangan seleb Nycta Gina dan Kinos. Di usia 5 tahun ini sebenarnya Uta sudah bisa berbicara.
Namun, Uta mengalami kesulitan mengunyah makanan karena respon otot-otot mulutnya yang kurang peka. Bahkan Uta hanya bisa makan makanan yang dihaluskan seperti bayi.
Selain membuat Gina kerepotan saat makan di luar, hal tersebut ternyata nggak baik bagi kesehatan Uta.
Di usianya saat itu, fokus Uta saat bicara masih kurang dan ada artikulasi yang kurang jelas. Gerakan oral motor Uta juga belum lancar, sehingga ia kesulitan mengunyah makanan.
Sehingga terapi yang Uta jalani bertujuan untuk memperbaiki gerak oral motor supaya lebih maksimal.
Terapi itu pun cukup membuahkan hasil, Uta sudah bisa makan tanpa di-blender, sudah bisa menggosok gigi dan bicaranya mulai jelas.
Gina mengaku sempat nggak tega saat melihat Uta di awal-awal terapinya, karena proses pijat mulut seringkali membuat Uta menangis.
Selain terapi, Gina juga telaten memberikan stimulasi seperti mengajak Uta gosok gigi sendiri, mencoba berbagai jenis makanan yang menarik dan mengajak bicara Uta dengan kalimat yang lengkap.
Gina juga menyarankan para orang tua supaya selalu mengajak anaknya bicara dengan kalimat lengkap, misalnya jangan hanya menunjuk, menggelengkan kepala atau mengangguk.
Tapi harus diucapkan dengan kalimat supaya bisa melatih respon bicara pada anak.
4 Cara Mengatasi Anak yang Mengalami Speech Delay

4 Cara Mengatasi Anak yang Mengalami Speech Delay
Dikutip GENEROS.ID dari situs Kids Health, selain menjalani terapi wicara, Bunda dapat membantu menstimulasi kemampuan bicara Si Kecil.
Beberapa cara yang bisa Bunda lakukan untuk menstimulasi perkembangan berbicara Si Kecil antara lain:
1. Sering Mengajak Anak Bicara
Cara menstimulasi anak dengan speech delay yang paling mudah dilakukan adalah melibatkannya pada setiap percakapan.
Bahkan, Bunda disarankan untuk berbicara langsung kepadanya, meski hanya untuk menceritakan apa yang sedang Bunda lakukan.
Sebagai contoh, saat mengganti popok anak, ceritakan dan jelaskan apa yang sedang Bunda lakukan.
Bunda bisa menggunakan kata-kata sederhana atau kalimat pendek.
Dengan demikian, Si Kecil akan terdorong untuk meniru atau menanggapi perkataan Bunda.
2. Membacakan Cerita untuk Anak
Membacakan buku cerita untuk anak sejak dini bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan bicaranya.
Dengan mendengarkan, anak bisa belajar memahami nama-nama benda atau cerita pada buku.
Untuk mendukung terapi speech delay, Bunda dapat meminta si Kecil menirukan nama-nama tokoh atau benda pada buku yang dibacakan.
Bunda bisa mencari buku cerita bergambar karakter kartun yang digemari si Kecil.
3. Tanggapi Perkataannya dan Perbaiki
Jika anak mengatakan sesuatu dan kurang tepat artinya, jangan buru-buru untuk menyanggahnya.
Bunda sebaiknya menanggapi perkataanya dengan penggunaan kata atau kalimat yang tepat.
Misalnya, bila anak meminta untuk “mengikat” kancing bajunya, Bunda bisa menanggapi dengan mengatakan “Iya, Bunda akan mengancingkan bajumu”.
Hal ini bisa mendukung perkembangan anak yang mengalami speech delay.
4. Bantu Anak Memahami Nama-nama Benda
Saat menginginkan sesuatu, anak yang mengalami speech delay mungkin hanya akan menunjuk benda tersebut alih-alih mengucapkan kalimat permintaan.
Dalam kondisi ini, Bunda bisa membantunya memahami nama-nama benda tersebut.
Dengan demikian, Si Kecil akan terdorong untuk meniru nama-nama benda yang sang buah hati dengar.***