Seperti diketahui bahwa anak dikatakan mengalami speech delay ketika kemampuan bicaranya tidak sesuai dengan usianya. Namun ternyata saat kemampuan bicaranya tidak sesuai dengan usianya bukan berarti dia mengalami speech delay, loh!
Pada saat anak berusia dua tahun, biasanya ia telah menguasai setidaknya 100 kata. Baik berupa nama orang, objek yang dikenal, dan juga kosakata berbagai tindakan, kata keterangan, kata ganti untuk menunjukkan lokasi, dan kata ganti sederhana (misalnya, “milikku”, kata ganti pertama yang populer).
Setelah itu anak-anak seusia itu akan dapat menggabungkan dua kata menjadi sebuah frasa sederhana, seperti: “mau makan,” “tidak suka,” dan sebagainya. Akan tetapi tidak kemampuan bicara setiap anak dapat berkembang seperti milestones yang seharusnya. Terkadang si Kecil mengalami kesulitan dalam mengeluarkan kata-katanya.
Late Talker
Lalu apakah itu late talker? The American Speech-Language-Hearing Association mengklasifikasikan late talker sebagai sebuah gangguan kemampuan bicara pada anak yang ditandai dengan kemunculan bahasa yang terlambat. Berbeda dengan speech delay yang biasanya keterlambatan bicaranya juga dibarengi dengan adanya gangguan lain seperti autisme, ADHD dan lainnya, namun ini tidak berlaku untuk anak yang mengalami late talker.
Anak yang mengalami late talker mengalami keterlambatan dalam memulai bahasa namun ia tidak memiliki diagnosis lain atau keterlambatan perkembangan dalam domain kognitif atau motorik lainnya. Dengan kata lain, late talker adalah anak-anak yang terlambat mengembangkan keterampilan bahasa, tetapi keterlambatan itu tidak terkait dengan bidang perkembangan lainnya.
Para ahli mendiagnosis late talker tersebut dengan melihat kemampuan bicara anak pada usia 2 tahun. Jika anak di usia tersebut hanya bisa mengucapkan kurang dari 50 kata dan tidak bisa menggunakan dua kata menjadi frasa yang dapat dipahami orang sekitarnya, itu artinya si Kecil mengalami late talker.
Selain itu, profesional dalam hal ini dokter spesialis anak juga perlu untuk memperhatikan kemampuan penting lainnya yang dimiliki si Kecil pada usia tersebut. Ini penting untuk menentukan treatment dalam mengatasinya.
Bagi anak yang mengalami gangguan bicara ini, setelah perkembangan bahasa tingkat dasar telah tercapai, maka terapis wicara dapat menentukan strategi di rumah untuk menambah kosakata dan meningkatkan perkembangan bahasa ekspresifnya. Ia biasanya akan dapat mengejar ketertinggalan kemampuan bicaranya pada usia 3-5 tahun.
Akan tetapi, mereka yang mengalami late talker dapat berisiko mengalami kesulitan bahasa atau literasi di kemudian hari saat ia telah bersekolah. Bahkan ada pula yang dikaitkan dengan kesehatan mentalnya, artinya anak yang mengalami late talker di masa kecilnya dapat berpengaruh terhadap kesehatan mentalnya di masa depan.
Sebuah studi baru-baru ini dari Universitas Northwestern menyatakan bahwa anak yang mengalami late talker cenderung mudah tantrum dengan kapasitas dua kali lebih sering ketimbang anak-anak lainnya yang perkembangan bahasa dan bicaranya tidak terganggu.
Ini adalah studi pertama yang secara langsung menghubungkan jumlah kosakata dengan perilaku tantrum. Dan ini juga menunjukkan bahwa gangguan kemampuan bicara dan kesehatan mental memiliki hubungan langsung. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penting untuk melakukan intervensi dini untuk membekali anak-anak dengan keterampilan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan emosional mereka.
Language Delay
Language delay atau keterlambatan bahasa merupakan keterlambatan perkembangan kemampuan bicara dengan spesifikasi khusus yaitu ketika bahasa anak berkembang lebih lambat dari anak lain seusianya, namun memiliki pola perkembangan yang khas. Dalam hal ini, keterlambatan bahasa dibagi menjadi dua, yaitu:
- Keterlambatan bahasa reseptif (pemahaman bahasa)
- Keterlambatan bahasa ekspresif (penggunaan bahasa)
Kemampuan bahasa seorang anak dipengaruhi oleh perpaduan antara genetik dan lingkungan. Kemampuan bahasa ini muncul ketika anak berada dalam situasi di mana mereka dihadapkan pada bahasa dan interaksi sosial yang normal. Sehingga interaksi dengan lingkungannya menjadi faktor penting dalam melatih kemampuan bahasa si Kecil.
Dalam hal keterlambatan perkembangan lain sebagai penyertanya, keterlambatan bahasa dibagi menjadi dua, yaitu:
- Keterlambatan bahasa primer, yaitu ketika diagnosis yang muncul hanyalah keterlambatan bahasa tanpa ada keterlambatan perkembangan dalam aspek lain.
- Keterlambatan bahasa sekunder, yaitu ketika diagnosis yang muncul adalah anak mengalami keterlambatan bahasa disertai dengan adanya gangguan lain seperti autisme, gangguan pendengaran, keterlambatan perkembangan global atau global development delay.
Demikian perbedaan antara late talker dan language delay, dengan mengetahui perbedaan keduanya maka Ayah dan Bunda tidak akan bingung lagi untuk melakukan tindakan lebih lanjut ketika si Kecil mengalami keterlambatan tersebut. Namun jika itu semua belum terlambat maka lebih baik untuk mencegah ketimbang mengobati, bukan?