Hari Raya Idul Fitri di negara kita selalu menjadi perayaan yang meriah karena sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Semua sanak saudara yang tinggal di kota yang jauh sekalipun biasanya akan mengusahakan agar bisa pulang ke kampung halaman agar dapat berkumpul dengan keluarga besar.
Momentum ini juga menjadi kesempatan berkumpulnya anak-anak sehingga membuat mereka menanti-nantikan momen ini. Tentu saja, anak-anak akan merasa senang ketika bertemu dan bisa bermain dengan saudara-saudara yang sebaya.
Sisi positifnya, momentum ini menjadi ajang belajar bersosialisasi bagi anak-anak. Terlebih dari mereka biasanya hanya bertemu setiap setahun sekali yang membuat mereka tidak terlalu akrab. Sehingga ini menjadi saat yang tepat. Pun halnya dengan anak dengan autism spectrum disorder (ASD) atau yang biasa dikenal sebagai anak autis.
Anak autis tentu juga membutuhkan sarana untuk belajar bersosialisasi. Bagi mereka, sosialisasi menjadi hal yang agak sulit untuk dilakukan. Di mana mereka mungkin mengalami kecemasan dan kesulitan menjalin hubungan dengan orang lain.
Selain itu, anak dengan autisme biasanya kesulitan dalam melakukan kontak mata dengan orang lain saat berbicara dan memperhatikan dengan seksama ketika ada orang yang berbicara dengannya. Maka dari itu anak autis membutuhkan latihan yang intensif agar dapat bersosialisasi dengan baik.
Adapun dalam mengajarkan bersosialisasi, orang tua perlu memberikan treatment yang sedikit berbeda sesuai kebutuhan mereka. Sehingga si Kecil dengan autisme cepat dapat bersosialisasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya.
Daftar Isi
Trik Khusus Melatih Sosialisasi Anak Autis
Sebagai orang tua yang memiliki anak dengan autisme tentunya perlu untuk mengetahui trik khusus untuk melatih anaknya agar dapat memiliki kemampuan sosialisasi seperti anak-anak lainnya. Berikut beberapa trik khusus yang perlu orang tua lakukan agar latihan sosialisasi dapat berhasil dengan baik.
1. Jangan Pernah Asumsikan Anak Seperti Diri Sendiri
Orang tua yang memiliki anak dengan autisme tentunya perlu untuk menyadari dan menerima bahwa anaknya spesial dan tidak sama dengan dirinya. Dengan adanya kesadaran tersebut maka treatment yang dilakukan selanjutnya dapat berjalan dengan optimal.
Mungkin bagi kita melakukan kontak mata saat berbicara dengan orang dan memperhatikan orang lain ketika ia berbicara merupakan tata krama dasar yang seharusnya dimiliki setiap orang. Namun anak dengan ASD berbeda, mereka akan kesulitan untuk melakukan hal-hal tersebut meskipun menurut kita merupakan hal dasar.
Maka dengan kesadaran dan penerimaan penuh dari orang tua ini menjadi langkah penting untuk melalui tahapan pembelajaran selanjutnya untuk bersosialisasi. Tanpa adanya kesadaran dan penerimaan penuh dari orang tua maka pembelajaran yang diberikan kepada anak tidak akan pernah bisa berjalan dengan signifikan.
2. Terus Belajar
Sebagai orang tua maupun pengasuh anak yang memiliki ASD tentu perlu belajar agar dapat memberikan penanganan yang tepat kepada mereka. Ini juga merupakan langkah penting agar dapat memberikan treatment yang tepat kepada anak dengan ASD.
Ayah dan Bunda dapat belajar melalui berbagai pelatihan maupun membaca buku untuk mempelajari bagaimana anak dengan autisme berperilaku. Termasuk juga memahami kesulitan apa saja yang dilalui anak dengan autisme yang tidak dialami oleh anak-anak lain.
Dengan pemahaman yang lengkap tersebut maka Ayah dan Bunda tidak akan salah dalam memberikan treatment kepada anak dengan autisme. Ini juga menjadi kunci keberhasilan dalam mengajarkan sosialisasi kepada anak yang memiliki cara pembelajaran yang berbeda ini.
3. Tidak Hanya Menuntut Tapi Memberikan Contoh
Kalimat yang Ayah dan Bunda katakan kepada si Kecil yang mengalami autisme dalam mengajarkan berbagai hal dapat menentukan keberhasilan pembelajarannya. Jika Ayah dan Bunda selalu berfokus membicarakan harapan Ayah dan Bunda dan orang lain kepada anak maka ia tidak akan menerapkannya.
Anak yang mengalami ASD biasanya akan lebih banyak mempelajari hal-hal yang ia lihat. Dalam arti bahwa memberikan contoh secara riil akan lebih bermanfaat ketimbang memberikan wejangan-wejangan harapan panjang lebar.
Ini bahkan juga berlaku bagi anak-anak dengan tumbuh kembang yang sesuai dengan milestones-nya. Memberikan contoh konkret akan lebih berkesan dan mudah diingat ketimbang hanya memberikan arahan secara lisan.
MIsalnya saat orang tua sedang mengajarkan agar anak dengan autisme dapat memperhatikan dan melakukan kontak mata ketika diajak mengobrol maka lakukanlah agar mereka dapat meneladani bagaimana caranya melakukan kontak mata dan memperhatikan orang lain berbicara.
4. Memberikan Dukungan Penuh
Berikan dukungan penuh kepada anak. Terapkan hal-hal yang dilakukan ketika terapi pada saat beraktivitas di rumah. Misalnya, jika terapis atau konselor menetapkan sistem penghargaan untuk perilaku yang diharapkan, terapkan sistem penghargaan itu di rumah, dan sebagainya.
Selain itu penting juga untuk memberikan dukungan kepada mereka saat mereka mulai mengenali perilaku yang seharusnya dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Sehingga ia dapat menerapkannya dengan baik dan memahaminya sebagai kebiasaan yang baik.