Memperingati Hari ibu yang jatuh pada tanggal 22 Desember pada tiap tahunnya. Tentu banyak sekali kisah perjuangan bagi seorang Bunda. Khususnya berhubungan dengan anak yang menjadi permata hatinya. Apalagi anak dengan speech delay yang memiliki gangguan kemampuan bicara dari usia semestinya. Sebagian orangtua mengetahui adanya gangguan itu tapi memilih membiarkan kondisi keterlambatan ini dengan anggapan akan teratasi seiring berjalannya waktu. Sebagian orangtua malah tidak tahu sama sekali adanya kondisi spesial pada buah hatinya. Hal ini juga dialami oleh Bunda Maria Ulfah yang memilki anak speech delay. Yuk kita simak kisahnya.
Sebagian lagi dari para orangtua baru menyadari di kemudian hari dan berjuang keras membantu pemulihan gangguan keterlambatan bicara anaknya. Sebagian lagi orangtua ada yang sejak awal memahami potensi munculnya gangguan ini pada anaknya, lalu mengetahui pula langkah-langkah apa yang harus dilakukan.
Daftar Isi
Pertama kali tahu Anakku speech delay
Pengalaman anak pertama itu ketika usia dia menginjak 3 tahun. Saya menyadari teman-teman seusianya sudah bisa berbicara lancar tapi anak saya belum. Sedangkan untuk anak kedua, saya akui lebih parah ketimbang anak pertama.Saat anak yang pertama, setelah menyadari ada yang tertinggal, saya langsung berusaha menstimulusnya. Caranya, rajin mengajaknya membaca, bercerita, berbicara, dan sebagainya.
Ketika anak yang kedua ini, agak lama ia mengalami speech delay. Kurang lebih dua tahun yang lalu saya melihat sepupu keponakan. Saya melihat umur segitu kok sudah bisa berbicara lancar, sedangkan anak saya belum. Sempat khawatir, lalu saya banyak membaca tentang speech delay. Ketakutan tentu ada, perasaan iri kepada anak orang lain juga muncul. Tapi, saya selalu percaya, yakin kalau anak saya ini pasti seperti abangnya.
Tantangan mengasuh dua anak dengan speech delay
Tantangannya lumayan berat. Karena kita melihat lagi anak-anak di sekitar yang seumuran dengan anak. Saya selalu berbicara di dalam hati, “Kenapa sih, ya Allah?” Tetapi kemudian saya tersadar dan mencoba mengatakan pada diri, “Sabar!” Saya selalu menekankan kepada diri saya agar bisa sabar dan percaya saja. Saya juga berdoa setiap hari, sampai akhirnya— alhamdulillah—sekarang sudah terkabul doa saya.
Sedikit cerita tentang anak pertama, saat dia terlambat bicara, sering saya ajarkan membaca dan membacakan buku cerita. Di usianya yang baru 4 tahun, dia sudah bisa mengaji. Dia juga sudah bisa membaca, mengenal huruf abjad. Ini berbeda dengan adiknya yang lebih cenderung menyukai kegiatan menggambar. Berarti ini sudah terlihat ada perbedaan kemampuan yang muncul dari kedua anak saya tersebut.
Memperingati Hari Ibu, tantangan datang dari keluarga besar
Dalam memeperingati hari ibu nasional ini. Ada tantangan dari keluarga besar kami. Cukup sedih awalnya. Terkadang komentar orang itu meskipun keluarga sendiri, bukannya mendukung tapi justru membuat kita down. Tidak jarang juga membuat saya marah dan tersinggung. Namun, perkembangan anak pertama saya sekarang yang sudah berusia 7 tahun seperti membuktikan. Anak saya itu sekarang sudah pintar.
Jadi, memang intinya adalah bagaimana caranya agar kita mengelola emosi diri kita sendiri. Agar respons kita tidak menyinggung orang lain meskipun saat itu kita tersinggung dengan komentarnya. Kembali ke bagaimana kita bisa mengontrol diri saat mendengar komentar buruk dari keluarga, tetangga, dan orang-orang di sekitar kita.
Caraku mengasuh anak dengan speech delay
Sedikit ada kesamaan dalam mengasuh kedua anak kami. Namun dikarenakan setiap anak unik, cara mendidik pun berbeda. Alhamdulillah, saya memiliki suami yang sabar dan mau bekerja sama dalam mendidik anak. Jadi, kalau siang saya yang mengajak mereka bermain dan mengajarkan berbicara; kalau malam bersama ayahnya, biasanya diajak bercerita.
Dalam melakukan stimulasi bicara kepada anak ini memang kebanyakan hanya dilakukan oleh kami berdua, tidak melibatkan orang lain. Kecuali saat keluar rumah, terkadang ada juga yang mengajak berinteraksi. Jadi, kurang lebih bagaimana meningkatkan kekompakan bersama ayahnya.
Ketika melihat hasilnya, kami sangat bangga dan terharu. Saat mengatakan “hati-hati,” itu sangat menyejukkan untuk didengar. Saya sampai kaget sewaktu mendengarnya, ternyata anak kecil bisa seperhatian itu. Padahal, saya merasa belum pernah mengajarkan itu tapi dia sudah tahu.
Setiap orang tua punya kisah dan pengalaman yang berbeda dengan anak mereka. Pengalaman dari Bunda Maria Ulfah merupakan satu dari banyaknya kisah perjuangan seorang ibu dalam memperjuangkan tumbuh kembang anak. Sekali lagi, selamat memperingati hari ibu untuk Ibu hebat di seluruh Indonesia!