Tumbuh kembang – Para penyandang disabilitas intelektual acapkali mendapatkan stigma negatif dan dikucilkan dari pergaulan. Hal itu dapat terjadi lantaran wawasan masyarakat mengenai disabilitas intelektual masih cukup rendah. Kita harus menyadari bahwa anak dengan disabilitas intelektual harus menyadari bahwa disabilitas intelektual bukanlah sebuah aib. Mereka juga butuh bersosialisasi layaknya manusia pada umumnya.
Daftar Isi
Apa itu Disabilitas Intelektual?
Disabilitas intelektual atau yang biasa disebut tunagrahita dan bisa pula disebut dengan retardasi mental yaitu kondisi di mana anak atau seseorang individu itu memiliki kemampuan kognitif yang rendah dibandingkan anak–anak seusianya, sehingga akhirnya terjadi hambatan dalam tumbuh kembang anak. Karena anak kesulitan untuk memahami berbagai hal di lingkungannya. Hal itu kaitannya dengan komunikasinya, kemudian bagaimana memahami sebab–akibat, bagaimana untuk bersosialisasi, mungkin kesulitannya di bidang–bidang dan aspek–aspek tumbuh kembang tertentu.
Terapi Anak Disabilitas Intelektual
Pegiat dan terapis disabilitas Rezki Achyana mengatakan anak dengan disabilitas intelektual biasanya bisa bermain dengan baik, tetapi mungkin kesulitan untuk memahami mana yang bahaya bagi dia dan teman–temannya. Oleh karena itu para orang tua yang memiliki buah hati dengan disabilitas intelektual harus bisa mendukung penuh buah hatinya dengan memberikan stimulasi terbaik. Karena pada dasarnya mereka hanya berbeda cara belajarnya saja, mereka tetap bisa berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya jika mereka mendapatkan stimulasi yang tepat.
“Penanganan yang dilakukan di SLB (Sekolah Luar Biasa) untuk memberikan pemahaman dan kontrol diri bagaimana dia bisa bermain bersama dengan teman–temannya” kata pemuda dengan enam gelar tersebut pada live IG Hallo Bunda yang dihelat Generos beberapa waktu lalu.
Dengan terapi yang dilakukan tersebut maka diharapkan dia dapat melakukan aktivitas yang baik dan berinteraksi dengan baik. Selain itu mereka juga dapat memahami bahwa ini cara yang baik untuk bermain, ini cara yang baik untuk meminta sesuatu, berkomunikasi dengan teman–teman, orang tua, dan para guru. Jika anak mendapatkan stimulasi secara berkelanjutan maka anak dengan disabilitas intelektual pun dapat berbaur dengan lingkungannya.
Permainan untuk Anak Disabilitas Intelektual
Terdapat beberapa permainan yang dapat menstimulasi anak disabilitas intelektual. Permainan tersebut tetap harus disesuaikan dengan tingkat intelegensinya, kemampuannya dan usianya. Misalnya untuk mengajarkan fokus pada anak disabilitas intelektual agar bisa tenang dan menikmati permainan, untuk anak usia satu atau dua tahun diajarkan bagaimana supaya bisa bermain puzzle yang sederhana. Yaitu dengan memasukkan bangun segitiga ke gambar segitiga, lingkaran ke gambar lingkaran, dan lain-lain. Hal itu untuk melatih fokus dan mengajarkan anak bahwa ini yang dinamakan bermain. Permainan ini juga mengajarkan bahwa bermain itu bisa dilakukan bersama–sama tidak dengan sendiri. Karena anak dengan disabilitas intelektual terkadang kesulitan dalam memahami asyiknya bermain bersama.
Jadi pada intinya anak dengan disabilitas intelektual dapat berbaur dengan lingkungan sekitarnya dan bisa mandiri asalkan diberikan stimulasi untuk mendukung perkembangannya. Memang tidak mudah, tapi itu semua dapat diusahakan. Ayah dan Bunda sebagai support system utama harus bisa memberikan dukungan penuh. Penerimaan penuh adalah bentuk dukungan yang terbaik dan yang utama yang harus diberikan kepada buah hati yang mengalami disabilitas intelektual. Karena saat orang tua sudah menerima bahwa buah hatinya memiliki kebutuhan khusus maka stimulasi terbaik pun dapat diberikan dengan optimal. Dan stimulasi yang optimal tersebut yang mampu mengantarkan anak disabilitas intelektual tetap bisa bersosialisasi di masyarakat.