Tingkat higienitas suatu produk dapat dilihat dari hasil uji bakteri dari produk tersebut. Hal ini sangat penting untuk produk yang dikonsumsi atau produk makanan dan minuman. Karena jika produk tersebut terdapat bakteri di dalamnya maka justru dapat menimbulkan penyakit.
Terdapat beberapa bakteri yang dapat menyebabkan penyakit yang biasanya ditularkan dari makanan atau minuman yang telah dikonsumsi. Salah satunya adalah bakteri Salmonella. Bakteri Salmonella sering mengkontaminasi makanan dan minuman.
Hal ini terbukti menurut laporan kasus dari Indonesian One Health University Network (INDOHUN) bahwa Salmonella adalah bakteri yang menempati nomor tiga tertinggi penyebab penyakit yang menular dari makanan. Bakteri Salmonella ini merupakan penyebab diare akut dan kronis bahkan hingga kematian yang signifikan pada hewan maupun manusia.
Menurut hasil uji bakteri yang dilakukan pada produk vitamin otak Generos menunjukkan hasil negatif. Sehingga dapat disimpulkan Generos terbebas dari bakteri yang menyerang organ pencernaan tersebut.
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella disebut Salmonelosis. Penderita Salmonelosis biasanya akan mengalami diare, kram perut, dan demam selama 7-24 jam setelah mengonsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi Salmonella.
Shigella tahan terhadap keasaman lambung dan membutuhkan inokulum yang kecil untuk menyebabkan diare sehingga mudah ditularkan ke orang lain. Dikutip dari Indonesian Public Health, secara morfologis Shigella tidak dapat dibedakan dari Salmonella, tetapi dapat dibedakan berdasarkan reaksi-reaksi fermentasi dan uji serologis.
Tidak seperti Salmonella, Shigella memfermentasikan berbagai karbohidrat, dengan pengecualian utama laktosa untuk menghasilkan asam tanpa gas. Shigella dysentriae merupakan penyebab penyakit yang paling parah karena menghasilkan eksotoksin yang mempunyai sifat neurotoksik dan enterotoksik.
Jadi, anak-anak yang terjangkit Shigelosis dapat menderita kejang. Eksotoksin adalah protein terlarut yang tidak tahan panas. Darah dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan petunjuk kuat bagi shigelosis.
Lagi lagi, menurut hasil uji bakteri pada Generos dinyatakan negatif dari Shigella. Itu artinya Generos tidak terkontaminasi bakteri tersebut. Sehingga telah terbukti Generos aman untuk dikonsumsi anak-anak.
Kemudian untuk hasil pada Escherichia Coli atau yang biasa disebut E. Coli juga dinyatakan tidak terkontaminasi, dengan hasil <1. Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) 7388:2009 tentang batas maksimum cemaran mikroba dalam pangan dijelaskan bahwa sirup dikatakan aman jika angka temuan E. Coli < 3/ml. Suplemen Generos yang berbentuk cair agak kental dapat dikategorikan sebagai sirup, sehingga menggunakan standar tersebut.
Seperti diketahui E. Coli merupakan bakteri yang dapat memicu berbagai penyakit dalam tubuh seperti keracunan makanan, diare, gagal ginjal, hingga infeksi saluran kemih. E. Coli adalah bakteri yang biasanya hidup di usus manusia. Dalam kondisi normal, bakteri ini tidak akan menyebabkan gangguan dan justru berguna untuk kesehatan pencernaan. Namun, pada kondisi tertentu, bakteri ini bisa berubah menjadi berbahaya.
E. Coli sendiri terdiri dari beberapa jenis, dan masing-masingnya bisa menyebabkan penyakit yang berbeda. Jenis yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan biasanya ditemukan dari makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Tidak hanya itu, hasil uji laboratorium kontaminasi mikroba pada Generos juga mendeteksi negatif dari kontaminasi bakteri Clostridia. Bakteri Clostridia merupakan genus dari bakteri Gram-positif, yang meliputi beberapa patogen manusia yang signifikan, terutama agen penyebab botulisme.
Salah satu spesies Clostridia yaitu Clostridium Difficile merupakan kuman flora normal dalam saluran pencernaan manusia. Tetapi dalam keadaan tertentu dapat menimbulkan penyakit, yaitu menjadi patogen bila ada kesempatan untuk bermultiplikasi dan membentuk toksin. Sampai sekarang belum ada laporan resmi jika infeksi Clostridium Difficile pada manusia disebabkan mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi.
Sementara spesies Clostridium botulinum dan Clostridium perfringens sudah menjadi perhatian dalam keamanan pangan karena menghasilkan toksin yang kuat dan spora yang dihasilkan dapat bertahan pada pengawetan dengan pengeringan, berbagai perlakuan panas dan metode preservasi yang lain.
Bakteri Clostridium botulinum bisa menyebabkan botulisme. Racun yang dihasilkan bakteri ini dikenal sebagai salah satu racun paling kuat dan dapat mengancam nyawa. Kasus botulisme memang sebenarnya jarang, namun racun yang dihasilkan bakteri menyerang sistem saraf otak, tulang belakang, dan saraf lainnya. Spora ini dicurigai terdapat pada beberapa madu.
Dengan hasil uji mikroba Clostridia dengan hasil negatif tersebut, maka terbukti bahwa madu yang terkandung dalam produk vitamin otak anak Generos tidak mengandung bakteri Clostridium botulinum.