Tanda-tanda anak yang mengalami speech delay saat berusia 2 tahun harusnya sudah menguasai 50 kosakata dan menggabungkan 2 kata menjadi kalimat sederhana. Namun, terjadi pengecualian pada pengidap speech delay.
Beberapa kondisi yang perlu dicurigai sebagai gejala speech delay adalah sebagai berikut: sulit merespon saat diajak berbicara, jarang meniru perkataan orang lain, kesulitan menyebutkan nama-nama benda di rumah, ebih sering menunjukkan gestur tubuh daripada berbicara saat meminta sesuatu dan enghindari kontak mata dengan lawan bicara.
Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh gangguan mulut, seperti masalah dengan lidah atau langit-langit mulut, frenulum (lipatan di bawah lidah) pendek, yang dapat membatasi pergerakan lidah. Banyak anak dengan keterlambatan bicara memiliki masalah oromotor.
Ini terjadi ketika ada masalah di area otak yang bertanggung jawab untuk berbicara. Ini menyulitkan koordinasi bibir, lidah, dan rahang untuk membuat suara ucapan. Anak-anak ini juga mungkin memiliki masalah oromotor lainnya, seperti masalah makan.
Masalah pendengaran juga dapat mempengaruhi kemampuan berbicara. Jadi Bunda harus melakukan tes pendengaran anak kepada ahlinya setiap kali ada masalah bicara. Karena anak-anak yang mengalami kesulitan mendengar mungkin mengalami kesulitan berbicara, memahami, meniru, dan menggunakan bahasa.
Infeksi telinga, terutama infeksi kronis, dapat mempengaruhi pendengaran. Tapi selama ada pendengaran normal di satu telinga, bicara dan bahasa akan berkembang secara normal.
Daftar Isi
Tahapan Perkembangan Bahasa Dan Bicara Si Kecil
Pada usia 3 bulan, bayi sudah mulai mendengarkan suara. Saat Bunda memperhatikan wajah saat berbicara, dan menoleh ke arah suara dan musik lain yang dapat didengar di sekitar rumah. Banyak bayi lebih menyukai suara wanita daripada pria.
Banyak juga yang lebih menyukai suara dan musik yang mereka dengar saat mereka masih dalam kandungan. Pada akhir tiga bulan, bayi mulai bersuara vokalisasi lagu yang bahagia, lembut dan berulang-ulang.
Pada usia 6 bulan, bayi mulai mengoceh dengan berbagai suara. Misalnya, bayi mungkin berkata “ba-ba” atau “da-da”. Pada akhir bulan keenam atau ketujuh, bayi merespons nama mereka sendiri, mengenali bahasa ibu mereka, dan menggunakan nada suara mereka untuk memberi tahu bahwa mereka senang atau kesal.

mengajarkan bicara anak dengan benda di sekitarnya
Beberapa orang tua yang bersemangat menafsirkan serangkaian ocehan “pa-pa” sebagai kata pertama bayi mereka untuk memanggil ayahnya. Tapi mengoceh pada usia ini biasanya masih terdiri dari suku kata acak tanpa arti atau makna yang sebenarnya.
Pada akhir usia 12 bulan, mereka sudah tahu apa yang diucapkan. Mereka menanggapi atau setidaknya memahami, jika tidak mematuhi permintaan singkat seperti, “tolong letakkan itu.”
Pada usia 18 bulan si Kecil sudah mengucapkan beberapa kata sederhana dan dapat menunjuk orang, benda, dan bagian tubuh yang diberi nama. Mereka mengulangi kata atau suara yang mereka dengar dari Bunda, seperti kata terakhir dalam sebuah kalimat. Tapi mereka sering meninggalkan akhiran atau awal kata. Misalnya, mereka mungkin mengatakan “num” untuk minum dan sebagainya.
Pada usia 2 tahun, anak dapat merangkai beberapa kata dalam frasa pendek yang terdiri dari dua hingga empat kata, seperti “da-da mama” atau “mau susu.” Si Kecil di usia ini tidak hanya belajar kata benda seperti “gelas,” tapi juga memahami kata yang lebih abstrak seperti kata ganti milik “punyaku.”
Kemudian pada saat bayi berusia 3 tahun, kosakata mereka berkembang pesat, dan permainan berpura-pura atau pretend play mampu memacu pemahaman bahasa simbolis dan abstrak seperti “sekarang,” nama perasaan seperti “sedih”, “senang” dan konsep spasial seperti “di.”
Tahapan Penanganan Dalam Terapi Wicara Pada Anak
Dalam buku Stimulasi dan Pendampingan Bicara Buah Hati jilid 2, terapis wicara Wartin Ambar Sari, S.Tr.Kes menjelaskan tahapan terapi wicara tergantung pada gangguan yang dialami karena setiap anak berbeda-beda penanganannya. Ada anak yang butuh terapi bahasa, ada pula yang membutuhkan terapi bagian artikulasi.

Terapi untuk Anak dengan Gangguan Bicara dan Bahasa
Misalnya, anak mempunyai speech delay, belum mau bicara sama sekali tapi saat mau sesuatu lebih sering menunjuk-nunjuk. Berati anak ini paham tapi tidak mau bicara sama sekali. Maka, anak mempunyai masalah di bagian bahasanya. Kemudian, terapis akan memberikan pemahaman bagian reseptifnya terlebih dahulu dengan mengajarkan anak tentang nama-nama benda atau hewan di sekitanya.
Kasus lainnya ketika anak ada hambatan di bagian artikulasi. Terapis akan melihat kondisi oromotor atau motorik oral yang disebut juga alat gerak bicara pada anak. Terdapat masalah atau tidak pada area tersebut. Misalnya ada anak yang kekuatan lidahnya kurang, maka terapis bisa memberikan latihan agar gerak bibir pada anak lebih kuat sehingga artikulasinya menjadi lancar.
Dalam live Instagram @generos.id beberapa waktu lalu, psikolog klinis Rizka Novita Muna’amah, M.Psi menjelaskan ketika orang tua mendapati tanda-tanda keterlambatan bicara pada anak maka perlu untuk segera konsultasikan ke dokter. Umumnya dokter akan memberikan diagnosis yang menyebabkan anak terlambat bicara.
Selanjutnya, dokter memberikan penanganan khusus yang sesuai dengan gangguan anak. Misalnya, anak yang mengalami keterlambatan bicara karena rusaknya gendang telinga atau pendengaran, maka dokter akan menyarankan orang tua untuk memberikan alat bantu pendengaran sehingga anak bisa mendengar suara di sekitarnya.
Penanganan Mandiri
Ada beberapa penanganan bisa digunakan pada semua anak yang mengalami keterlambatan bicara dan bahasa secara mandiri oleh orang tua. Berikut beberapa hal penanganan yang dapat dilakukan orang tua seperti dikutip dari speechandlanguagekids.com.
1. Aktif Berbicara di Depan Anak
Bunda bisa bicara saat melakukan suatu hal, misalnya menjelaskan apa yang dipegang, tindakan yang dilakukan, apa yang dilihat, bagaimana perasaan Bunda, dan apa yang Bunda dengar, cium, atau cicipi. Bicara tentang semua ini, anak akan belajar dari mendengarkan apa yang kita bicarakan kepadanya. Meskipun pada awalnya ia tidak menanggapinya sama sekali, kuncinya di sini adalah membuat ucapan yang singkat yang jelas.
Misalnya, jika anak belum berbicara atau hanya menggunakan satu kata pada satu waktu, Bunda harus berbicara dalam frasa satu kata dan frasa dua kata, seperti “bola, lempar bola.” Jika anak menggunakan sebagian besar kata tunggal tetapi mulai menggabungkan dua kata, maka gunakan frasa dua kata saat Bunda berbicara dengan anak.
Kemudian ditingkatkan lagi dengan memberikan beberapa ucapan yang terdiri dari tiga kata dan seterusnya. Terus ulangi kata-kata yang sama berkali-kali. Karena si Kecil belajar paling baik melalui pengulangan.
2. Menggunakan Bahasa Isyarat
Dalam strategi ini, Bunda akan terus menggunakan self-talk yang dijelaskan di atas, tetapi Bunda akan memasangkan kata yang diucapkan dengan bahasa isyarat. Para peneliti telah menemukan bahwa bahasa isyarat berfungsi sebagai alat yang hebat untuk membuat anak-anak berbicara (atau berbicara lebih banyak), terutama yang mengalami speech delay.
Setelah mempelajari kekuatan komunikasi melalui isyarat, mereka segera meninggalkan isyarat untuk bahasa lisan, karena itu akan selalu menjadi cara yang lebih efektif untuk berkomunikasi bagi mereka.
3. Pembicaraan Paralel
Tips ini sangat mirip dengan strategi Self-Talk, tetapi alih-alih berbicara tentang apa yang dilakukan, Bunda akan berbicara tentang apa yang sedang dilakukan anak. Bunda dapat memberi label objek yang digunakan anak, tindakan yang dia lakukan, bagaimana perasaannya, apa yang dia dengar, dan lain sebagainya. Pastikan Bunda terus menggunakan kalimat dengan panjang yang sama dengan kemampuan si Kecil atau sedikit di atas panjang kalimat yang dia gunakan.
4. Memperlihatkan Gerakan Tubuh
Dalam tips ini, Bunda akan mengembangkan ucapan atau gerak tubuh anak dengan menggunakan perluasan. Ambil apa pun yang dikatakan anak itu dan tambahkan satu kata ke dalamnya. Jika anak mengatakan “bola,” Bunda bisa mengatakan “mau bola,” “bolaku,” “bola kuning.” “lempar bola,” atau apapun yang mengandung kata bola dengan satu kata lainnya. Bunda juga dapat menggunakan dua atau tiga contoh berbeda.
Jika anak belum mengatakan apa-apa, Bunda dapat mengembangkan gerakannya. Setiap kali dia menunjuk sesuatu atau memberi isyarat untuk mencoba mengkomunikasikan sesuatu dengan Bunda, ucapkan kata yang sesuai dengan isyarat itu. Bunda dapat menyebutkan hal yang dia tunjuk atau jangkau, melabeli emosi yang dia rasakan, atau apa pun yang menurut Bunda ingin dikatakan oleh si Kecil.
5. Membangun Kosakata Reseptif
Dalam tips ini, Bunda akan menstimulasi dengan meningkatkan kosakata reseptif anak. Kosakata reseptif mencakup semua kata yang dipahami anak saat Bunda mengucapkannya, bahkan jika dia belum mengucapkannya sendiri.
Anak-anak harus terlebih dahulu memahami kata-kata sebelum mereka dapat menggunakannya. Bunda dapat meningkatkan kosakata reseptif anak dengan memintanya menunjuk ke gambar, objek, atau orang saat Bunda memberi label untuknya.
Misalnya, Bunda dapat mengatakan “di mana Ayah?” dan bantu dia menunjuk atau melihat ke arah Ayah. Ini bagus untuk dilakukan sambil membaca buku. Bunda dapat meminta anak untuk menunjuk ke suatu objek di buku dengan mengatakan “di mana,” atau “tunjukkan.” Beri anak sedikit waktu tunggu, dan jika dia tidak dapat menemukannya, Bunda dapat menunjukkannya dan membantu menunjukkannya juga. Terus lakukan ini dan anak akan segera mulai memahami lebih banyak kata.
Bagaimanapun juga, penanganan yang diberikan akan berbeda-beda tergantung pada penyebab yang mengakibatkan anak terlambat bicara. Terakhir, sikap menerima orang tua terhadap kondisi yang dialami anak. Tahapan ini biasanya sedikit sulit diterima oleh orang tua. Jika orang tua sudah siap dengan konsekuensinya, proses untuk menemani saat anak terapi akan menjadi lancar.