Pentingnya Mengajarkan Pertahanan Diri Sejak Dini

by | Jul 26, 2022 | Kesehatan Mental, Keluarga, Tumbuh Kembang

Kesehatan Mental – Agaknya mengajarkan pertahanan diri sejak dini bagi anak merupakan suatu kewajiban bagi orang tua. Terlebih di zaman seperti sekarang ini di mana kejahatan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa saja, tetapi juga teman sebayanya. Aksi bullying atau perundungan dapat dilakukan dengan berbagai hal, seperti misalnya kasus yang baru-baru ini terjadi, seorang anak SD dipaksa untuk berhubungan dengan kucing dan divideokan. Nahasnya kini anak itu meninggal karena depresi setelah videonya disebarkan oleh teman-temannya tersebut. Inilah mengapa penting bagi orang tua untuk mengajarkan pertahanan diri bagi anak sejak dini.

Peristiwa tersebut terjadi di Tasikmalaya, Jawa Barat, di mana seorang anak SD kelas 5 yang mengalami perundungan secara terus menerus dan yang paling parah saat ia dipaksa teman-temannya untuk melakukan hubungan seksual dengan seekor kucing. Tidak sampai di situ saja, adegan tersebut direkam oleh teman-temannya dan kemudian video rekamannya disebarkan. Karena tak kuat menahan malu, sang anak mengurung diri di rumah dan tak mau makan. Hingga akhirnya ia meninggal dunia setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit.

Keluarganya telah mengikhlaskan kepergian sang putra, namun ia berharap tidak ada lagi anak yang mengalami hal serupa seperti yang dialaminya oleh putra kesayangannya tersebut. Sebagai orang tua tentu kita merasa pilu mendengar kabar peristiwa tersebut. Betapa seharusnya anak usia SD masih lugu dan polos bisa melakukan hal keji yang di luar nalar seperti itu.

Ajarkan Pertahanan Diri Agar Kuat Melawan Perundungan

Ajarkan Pertahanan Diri Agar Anak Kuat Melawan Perundungan

Tak pelak peristiwa ini bisa memicu kekhawatiran berlebih bagi orang tua untuk membiarkan anaknya pergi ke sekolah atau beraktivitas sendiri di luar rumah. Sedangkan mereka membutuhkan berbagai aktivitas yang tidak cukup hanya dilakukan di dalam rumah saja. Karena mereka membutuhkan pembelajaran bersosialisasi dan aktualisasi diri di luar. Seperti peribahasa mengatakan “bagaikan memakan buah simalakama,” orang tua harus banyak pertimbangan sebelum membiarkan anaknya keluar rumah.

Baca Juga  Selective Mutism Pada Anak, Ketahui Tanda dan Penanganannya!

Ini jauh berbeda dengan zaman dulu di mana anak-anak bisa bebas bermain di luar dengan aman. Kita pernah dihadapkan pada masa di mana kita diharuskan untuk tidak keluar rumah karena terjadinya pandemi global selama lebih dari 2 tahun. Setelah melalui masa itu maka seluruh kebiasaan hidup berubah. Mungkin dengan adanya kasus seperti ini membuat para orang tua untuk tetap mengajak anaknya bermain di dalam rumah agar aman dari tindak kejahatan seperti itu.

Akan tetapi, apakah itu cukup untuk tumbuh kembang sang anak? Tentu saja tidak. Karena anak membutuhkan eksplorasi di luar rumah agar semakin terlatih kemandiriannya. Dengan adanya kebutuhan dasar sang anak demi tumbuh kembangnya, maka yang dapat dilakukan orang tua adalah memberikan edukasi tanda bahaya sejak dini. Tidak hanya edukasi seksual, dalam kasus ini terlihat anak tidak berdaya ketika dirundung oleh teman-temannya. Sehingga, anak juga diharapkan dapat memiliki ketahanan yang kuat ketika mendapatkan ‘serangan’ dari pihak lain.

Baca Juga  Bunda, Ketahui Perbedaan Late Talker dan Language Delay, Apa Itu?

Mengajarkan Anak Membela Diri

Kita sebagai orang tua tentunya ingin mengajarkan hal-hal yang positif bagi anak. Namun seperti yang kita ketahui bahwa kondisi tidak selalu ideal. Maka dari itu, saat anak sudah mulai bergaul di lingkungan sekitarnya, maka sudah waktunya untuk mengajarkan bagaimana anak dapat bersikap dengan tepat ketika mendapatkan gangguan. Seperti saat temannya memukul, akan lebih baik jika orang tua mengajarkan untuk membalasnya ketika teguran sudah tak mempan lagi. Apalagi pukulan yang dilayangkan bukan tanpa sengaja.

mengajarkan-anak-pertahanan-diri

Anak Mengalami Perundungan dari Teman Kelasnya

Jadi, pertama yang diajarkan adalah ajarkan anak untuk mengekspresikan rasa marah ketika mendapatkan gangguan. Ketika si pengganggu tidak mengindahkan teguran, maka sudah saatnya untuk membalasnya. Agar si pengganggu tahu bagaimana sakitnya dipukul (jika ia memukul).

Selain itu perlu diajarkan juga kepada anak apakah yang dihadapi adalah lawan yang seimbang, jika itu teman sebayanya dan memiliki ukuran tubuh yang sama tidak masalah. Namun jiika yang menjahilinya adalah anak yang lebih besar dan lebih tua maka ajarkan anak untuk berteriak sekencang-kencangnya agar si pengganggu takut dan enggan untuk melanjutkan aksi perundungannya. Jika memungkinkan minta anak untuk lari dan menghindar dari si pengganggu. Atau jika yang menjahilinya adalah anak yang lebih kecil sebaiknya cukup untuk dihindari saja. Pemahaman seperti ini perlu dimiliki oleh anak agar ia dapat menentukan sikap ketika mendapatkan perlakuan yang tidak wajar dari lingkungannya.

Baca Juga  Perhatikan, Ini 2 Dampak Buruk KDRT Bagi Mental Anak

Memasukkan anak ke tempat latihan bela diri seperti karate maupun taekwondo juga tidak ada salahnya loh Bun. Dengan berlatih bela diri maka fisik anak dapat ditempa dengan baik sehingga ia dapat membela diri ketika mendapatkan perundungan. Namun jangan lupa, setelah anak menjadi kuat ajarkan anak untuk memperkirakan lawannya seimbang atau tidak. Jangan sampai karena ingin membela diri justru malah berujung mencelakai anak lain.

Maka dari itu ajarkan pula kepada anak untuk tidak sembarangan menggunakan kekuatannya ketika di luar rumah. Karena ini juga dapat berpotensi sebaliknya, menjadikan anak sebagai pembully. Namun membuat anak menjadi pembully tentu ada perjalanan panjang yang telah ia lalui. Pemenuhan emosi dari rumah dapat menghindarkan anak untuk berlaku negatif misalnya menjadi pembully ketika di luar rumah.

 

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...