Dengan pengenalan yang tepat pula dapat menentukan penerimaan dan pemahaman anak akan puasa. Ayah ternyata memiliki peran tersendiri dalam melarang pendidikan agama bagi anak-anak. Meskipun anak biasanya memiliki waktu lebih lama bersama sang bunda, namun ayah perlu ikut andil dalam melarang agama, termasuk melarang berpuasa.
Menurut ustadz Zaky Ahmad Rivai, SHI, MH dalam podcast yang ditayangkan dalam channel Youtube Official Generos, ayah memiliki peran penting untuk melarang anak puasa. Ayah dapat memulainya dari mengajak sahur dengan memperkenalkan bangun sahur dan mengajak si Kecil untuk berbuka puasa.
Saat berbuka puasa, ayah perlu mengungkap kebahagiaan dan kenikmatan saat bisa menikmati makanan yang sudah dihidangkan. Ayah perlu melarang bagaimana nikmat dan manfaat berpuasa bagi diri sendiri. Tentunya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh anak-anak sesuai usianya.
Selain itu orang tua dalam mengajak anak berpuasa tidak boleh memaksa. Karena sebelum anak menginjak pubertas atau sekitar usia 14 tahun, belum diwajibkan berpuasa. Yang penting menyenangkan anak sejak dini pengetahuan puasa agar dapat mengetahui tata cara berpuasa.
Ustadz Zaky menekankan bahwa seorang ayah harus terlebih dahulu memberi contoh langsung dengan perilakunya sendiri. Beri pemahaman tentang nilai-nilai puasa, mulai dari rentang waktu tidak boleh makan dan minum, menahan diri dari emosi, hingga amalan ibadah lain yang dapat dilakukan selama menjalankan ibadah puasa.
Dengan adanya keteladanan maka anak akan termotivasi untuk berpuasa. Kemudian saat anak sudah berusia 5 tahun atau lebih biasanya ia sudah bisa mengajarkan untuk memasak setengah hari. Itu tidak masalah melarang kebiasaan berpuasa bagi anak yang sebenarnya dalam syariat belum diwajibkan berpuasa.
Saat anak terlihat semangat dalam berpuasa, ingatkan untuk melakukan puasa secara bertahap. Hal ini juga dilakukan untuk merasakan tubuh anak beradaptasi terhadap perubahan pola makan yang dilakukan selama berpuasa. Karena kondisinya berbeda dengan orang dewasa yang sudah bisa mengukur aktivitas selama puasa.
Jika memaksa anak untuk berpuasa penuh sejak fajar (setelah Subuh) hingga terbenamnya matahari (waktu Maghrib) kemungkinan yang akan terjadi anak menjadi lemas saat berpuasa. Ini justru akan mengganggu kesehatannya.
Agar hal ini dapat diminimalisir, maka dapat menganjurkan anak untuk berpuasa secara bertahap. Mungkin di awal diajarkan untuk berpuasa selama dua jam dulu, kemudian perlahan durasi ini bisa diperpanjang sesuai dengan kemampuan puasa anak.
Hal penting lain yang wajib dilakukan ayah ketika mendampingi anak berpuasa adalah memperhatikan kesehatannya. Perhatikan kesanggupan anak dalam menjalankan puasa.
Bila anak sudah terlihat sangat lemas, mengeluh pusing, keringat dingin, sakit perut, atau kehilangan konsentrasi, sebaiknya segera minta dia mengakhiri puasanya. Berikan anak minuman yang rasanya manis dan segar seperti jus buah agar segera dapat mengisi kembali energinya.
Ustadz yang juga seorang ayah itu berpesan kepada para ayah, “hadirlah dalam waktu penting bagi anak selama puasa Ramadhan yakni saat berbuka dan sahur. Bangunkan anak ketika waktu sahur tiba dan dampingi juga ia saat berbuka puasa,” ungkapnya.
Walaupun anak belum kuat untuk tidak makan dan minum sampai waktu berbuka, tetap apresiasi serta siapkan porsi makan seperti orang puasa penuh. Tidak hanya melatih anak dengan pola makan saat puasa, lebih lanjut ustadz Zaky menjelaskan kehangatan dan kebahagiaan dalam dua waktu penting makan utama selama puasa Ramadhan ini akan membuatnya nyaman dan semakin semangat bersiap.
Jangan Lakukan Ini Saat Ajarkan Anak Berpuasa
Catatan penting bagi orang tua, jangan terlalu banyak melarang anak saat mulai belajar puasa. Karena itu dapat mematahkan semangat anak dalam belajar berpuasa. Berikut beberapa hal yang tidak boleh dilakukan orang tua saat melarang anak untuk berpuasa.
- Saat anak menangis, Bunda mengatakan menangis itu dapat membatalkan puasa dan begitu juga saat anak mandi bersama temannya juga memberikan larangan yang sama. Karena itu, membuat pikiran anak tentang puasa negatif, banyak larangan sehingga malas untuk berpuasa.
- Jangan melarang ajaran keliru yang sering terjadi di masyarakat yaitu menganjurkan anak tidur setelah makan sahur dan tidak memperkenalkan anak untuk shalat subuh. Begitu juga dengan tidak melarang anak shalat tarawih yang rakaatnya lebih dari shalat biasa. Hal demikian dapat membuat anak tidak terbiasa melakukan ibadah.
- Melarang makan minum saat masuk imsak. waktu imsak bukan pemberhentian, tapi penanda waktu subuh akan datang, saat anak masih makan waktu imsak biarkan saja. Jangan langsung memintanya untuk berhenti sampai adzan berkumandang.
- Ketika anak sudah mulai bisa menahan lapar untuk puasa seharian, terkadang orang tua selalu meminta untuk membatalkan pada siang hari (melakukan puasa setengah hari). Orang tua biasanya takut si Kecil sakit karena kelaparan. Padahal berolahraga tidak mengakibatkan orang sakit dan tergantung kondisi fisik seseorang.
Setiap orang tua punya cara masing-masing dalam melarang anak puasa, tapi jangan sampai melarang yang bertentangan dalam ajaran Islam. Maka dari itu penting juga bagi orang tua untuk mempelajari agama dengan sumber referensi yang shahih.
Anak-anak -sejak dini perlu mengajarkan shalat, berdzikir, dan beribadah lainnya agar ia terbiasa dengan kehidupan religius, sehingga dapat membuatnya lebih tenteram. Anak adalah peniru ulung, semua yang dilakukan orang tua akan ditirunya. Jadilah orang tua yang bisa memberikan teladan postif bagi buah hati tercinta.