fbpx

Puasa Baik untuk Kesehatan Mental?

by | Apr 5, 2022 | Keluarga, Kesehatan Mental

Kesehatan Mental – Hari ini seluruh umat Islam di dunia tengah menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Tentu semua Muslim sudah bersiap untuk menyambut bulan yang penuh berkah ini. Meskipun ibadah puasa ini sudah dilakukan setiap tahun, tetap saja terkadang kita masih berat untuk menjalankannya.

Betapa tidak, selama 30 hari penuh kita harus menahan lapar dan haus serta menjauhi berbagai larangan-larangan selama berpuasa mulai terbit hingga terbenamnya matahari. Mungkin sebagian dari kita menjalani ibadah puasa hanya karena menunaikan kewajiban agama. Namun tahukah Ayah Bunda bahwa puasa memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan?

Ya, puasa memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan kita. Tidak hanya kesehatan tubuh loh, tapi juga kesehatan mental. Bagaimana bisa? Menurut penelitian puasa dapat memberikan efek positif pada suasana hati dan fungsi kognitif. Setidaknya ada dua cara di mana puasa memiliki manfaat yang baik bagi kesehatan mental seseorang.

1. Puasa Mengaktifkan Proses Autofagi

Menurut informasi dari Nutritionist Resource, seorang ahli biologi Jepang Yoshinori Oisumi pada 2016 menemukan adanya proses autofagi di dalam tubuh manusia. Autofagi artinya memakan diri sendiri, yang berarti tubuh kita bisa memakan sel-sel mati yang ada di dalam tubuh.

Baca Juga  Ulasan Buku Speech Delay dan Tumbuh Kembang Anak

Setiap sel mampu menghancurkan atau menelan komponen internal yang tua atau usang dan membawanya ke unit pembuangan limbah di dalam sel, yang disebut lisosom. Beberapa dari komponen tersebut termasuk protein yang rusak dan puing-puing lain yang merupakan penyebab umum penyakit neurodegeneratif.

Dengan menyingkirkan komponen yang sudah usang, autofagi melindungi sel-sel otak dan memperlambat perkembangan penyakit. Dengan begitu maka tubuh kita hanya memiliki sedikit bahan beracun yang mengalir melalui darah dan sistem limfatik. Sehingga otak dapat berpikir dengan jernih.

Ilustrasi Otak Dapat Bekerja dengan Optimal

Ilustrasi Otak Dapat Bekerja dengan Optimal

Saat berpuasa, energi yang biasanya digunakan untuk mencerna makanan beralih digunakan oleh otak, yang membuat otak dapat berpikir dengan jernih. Ayah Bunda mungkin tidak akan melihat perubahan mental ini sampai beberapa hari pertama puasa, karena tubuh membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.

Baca Juga  Bunda, Masalah Speech Delay Sama Gentingnya dengan Stunting

Mungkin Ayah Bunda akan mengalami sakit kepala atau nyeri di awal proses. Tetapi setelah tubuh membersihkan diri dari racun, otak memiliki akses ke aliran darah yang lebih bersih. Dan ini akan menghasilkan pikiran yang lebih jernih, memori yang lebih baik, dan peningkatan ketajaman indra yang lain.

Bagaimana Puasa Dapat Mengaktifkan Autofagi?

Saat kita berpuasa, glukosa dalam darah akan habis dan produksi insulin berhenti. Sementara insulin dapat menekan autofagi. Maka dari itu ketika Ayah Bunda berhenti makan maka kadar insulin menurun dan akhirnya autofagi bisa dipicu untuk aktif.

Sebaliknya, ketika kita sibuk makan sehingga organ pencernaan terus bekerja, proses autofagi ini tertunda. Dan ketika proses autofagi terhenti maka sel sebaliknya akan bekerja.

Sebuah studi tahun 2010 menemukan, “Salah satu cara yang efektif untuk menginduksi autofagi adalah dengan pembatasan makanan.” Dan pembatasan makanan ini tidak perlu dilakukan dengan cara diet ekstrem, cukup dengan rutin berpuasa sudah efektif untuk mengaktifkan autofagi tersebut.

Baca Juga  Alasan Ibu Membunuh Bayi 5 bulan tewas di Surabaya, Benarkah ada Baby Blues?

2.  Puasa Meningkatkan Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF)

BDNF adalah zat neuroprotektif yang meningkatkan ketahanan terhadap kerusakan dan mendorong pertumbuhan neuron baru. Penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan depresi, kecemasan dan gangguan depresi mayor memiliki tingkat BDNF lebih rendah. Dan semakin rendah tingkatnya maka semakin parah gejalanya.

Ilustrasi Aktivitas Otak Berjalan dengan Baik

Ilustrasi Aktivitas Otak Berjalan dengan Baik

BDNF benar-benar terbukti dapat memperbaiki suasana hati ketika bekerja sama dengan neurotransmitter serotonin. Serotonin dan BDNF bekerja sama untuk meningkatkan aktivitas otak. Sementara jika terjadi gangguan sinyal antara kedua zat ini dapat menyebabkan gangguan depresi dan kecemasan.

Tidak hanya itu, kadar BDNF yang rendah diyakini menjadi pemicu berbagai penyakit neurologis, salah satunya Alzheimer. Hal ini kemungkinan berpengaruh karena BDNF sangat aktif di area otak yang berhubungan dengan memori, terutama hipokampus.

Sebuah studi tahun 2006 menemukan bahwa ada bukti kuat bahwa BDNF dapat berkontribusi pada patogenesis beberapa gangguan neuropsikiatri seperti penyakit Alzheimer (AD), gangguan afektif (AFDs), dan gangguan stres pascatrauma (PTSD).

Jangan Samakan Speech Delay dan Late Talker! Ini Dia Perbedaannya

GENEROS.ID - Umumnya, jika sang buah hati tidak kunjung bisa berbicara, biasanya orang tua akan langsung menyimpulkan bahwa bayinya mengalami speech delay. Kemampuan berbicara sendiri dapat dilakukan oleh setiap bayi pada usia yang berbeda-beda, namun ada saja sang...