Setelah mengetahui apa itu disabilitas mental itu di artikel sebelumnya, masyarakat umum perlu tahu bahwa anak dengan disabilitas intelektual bisa berbaur dengan baik di masyarakat. Tentu dengan syarat tertentu, yaitu stimulasi yang optimal.
Tidak hanya dari orang tua, ternyata masyarakat juga turut andil dalam mengoptimalkan stimulasi untuk anak-anak yang mengalami disabilitas intelektual ini. Mengapa demikian?
![Autisme Pada Anak, Kenali Penyebab dan Gejalanya](https://generos.id/wp-content/uploads/2022/03/children-playing-grass-300x197.png)
Anak-anak
Jika dirunut, maka masyarakat secara tidak langsung ikut terlibat dalam keberhasilan atau tidaknya optimalisasi tumbuh kembang anak disabilitas intelektual tersebut. Masyarakat sebagai sekelompok orang yang biasanya mengucilkan anak yang mengalami disabilitas intelektual tersebut membuat orang tua sang anak merasa minder.
Jika orang tua sudah merasa minder maka sulit baginya untuk tetap berdiri tegak mendukung tumbuh kembang sang buah hati. Yang ada justru orang tua membiarkan anaknya terkurung di rumah dan tidak memberikan stimulasi yang sebenarnya sangat dibutuhkan oleh si Kecil.
Orang tua yang merasa malu dengan keadaan buah hatinya tentu tidak dapat menerima kondisi sang buah hati. Padahal penerimaan penuh dari orang tua merupakan kunci keberhasilan dari stimulasi untuk anak dengan disabilitas intelektual tersebut.
Orang tua yang memiliki anak disabilitas intelektual memiliki tantangan tersendiri, orang tua dituntut untuk sabar dan diminta kelapangan hatinya untuk mengajarkan anaknya secara berulang–ulang. Salah satu pegiat dan terapis disabilitas Rezki Achyana mengemukakan yang perlu dilakukan orang tua dengan anak disabilitas intelektual yaitu keterbukaan kepada diri sendiri dengan menerima anaknya memiliki disabilitas intelektual.
Karena ketika orang tua menerima keadaan anaknya, orang tua akan lebih siap menghadapi berbagai hal yang akan muncul di kemudian hari. Hal itu mengingat untuk mengasuh dan mendidik anak dengan disabilitas intelektual bukanlah hal yang mudah.
![Mengapa-orang-tua-perlu-mengenalkan-keutamaan-ramadhan-pada-anak](https://generos.id/wp-content/uploads/2022/03/DSC017081-169x300.jpg)
Kasih sayang bunda untuk buah hatinya
Menjadi orang tua yang mampu menerima keadaan anak dan supportive akan mengakibatkan perkembangan yang baik dan cepat pada anak dengan disabilitas intelektual. Yang terpenting orang tua dapat menerima dan mampu untuk membuka hati, pikiran, dan mau untuk melakukan hal–hal baru yang sebelumnya tidak pernah dia lakukan.
Di sini pentingnya peran masyarakat dalam mendukung tumbuh kembang anak disabilitas intelektual. Bahkan, hanya dengan tidak mendiskriminasikan mereka saja sudah cukup membantu tumbuh kembang mereka. Karena diskriminasi tersebut yang membuat orang tua merasa terkucilkan dan malu karena telah memiliki seorang anak yang mengalami disabilitas.
Orang tua memang dituntut untuk dapat menerima anaknya sepenuhnya bagaimanapun keadaannya. Namun tidak ada salahnya masyarakat sekitar untuk turut membantu mengoptimalkan tumbuh kembang mereka. Hal sederhana seperti tidak menggunjingkannya dan tidak memandang aneh mereka sudah cukup membantu.
Apalagi jika masyarakat sekitar turut memahami kendala yang dialami anak dengan disabilitas intelektual. Sehingga masyarakat akan lebih menerima jika di kemudian hari mereka melakukan hal yang tidak sewajarnya anak-anak pada umumnya.
Bahkan, seperti yang kita ketahui bahwa anak-anak memiliki keterbatasan untuk memahami hal-hal rumit seperti yang dilakukan orang dewasa. Apalagi jika anak tersebut memiliki kendala karena mengalami disabilitas intelektual, tentu membutuhkan lebih banyak ‘pemakluman’ dari masyarakat sekitar.
Anak disabilitas intelektual bisa bermain seperti anak-anak pada umumnya. Namun ia kesulitan dalam beberapa hal, salah satunya memahami konsep mengantre. Mereka tidak dapat menalar apa fungsinya mengantre dan keharusan mengantre. Juga, mereka memang cenderung selalu ingin lebih dulu.
Dengan begini maka perlu diberikan stimulasi dengan mengajarkan permainan seperti simulasi mengantre. Selain itu mereka juga sulit untuk memahami apakah yang dilakukan berbahaya atau tidak. Oleh karena saat berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya perlu pendampingan penuh. Intinya adalah stimulasi, meskipun perlu dilakukan berulang kali dan sangat membutuhkan kesabaran, mereka tetap bisa memiliki kemandirian jika sudah distimulasi secara kontinyu.
Satu hal yang perlu diingat bahwa anak-anak dengan disabilitas intelektual tentunya tidak berharap untuk dilahirkan demikian, pun halnya dengan orang tua mereka. Mereka juga manusia seperti kita, sehingga mereka juga berhak untuk dihargai keberadaannya.