Daftar Isi
Tantrum Pada Anak
Sebelum melanjutnkan pembahasan tentang tantrum dan speech delay. Bunda pasti sudah paham dengan istilah tantrum pada anak. Tantrum merujuk pada anak yang belum bisa bicara akan kesulitan dalam mengungkapkan apa yang mereka rasakan sehingga anak lebih emosi dengan marah atau menangis, namun hal ini merupakan fase yang normal pertumbuhan dan perkembangan anak. Tetapi, ketika pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak ada suatu hal yang mengganggu seperti gangguan pendengaran, akibatnya anak menjadi bingung. Karena saat anak berada pada fase menirukan, anak tidak dapat menirukan, berbicara dan orang terdekatnya tidak mengerti apa yang diucapkan. Pada akhirnya anak hanya bisa marah atau menangis.
Ketika dia tantrum pada usia 1–3 tahun akan berhenti sampai pada usia empat tahun karena itu merupakan fase normal. Tapi jika tantrum pada anak yang usianya lebih besar yaitu empat tahun akan lebih sulit, faktor penyebabnya juga beragam, bisa karena faktor idiophatic, bisa karena lingkungan dan juga genetik atau faktor pola asuh, dan sebagian juga ada yang mengatakan bahwa itu adalah akibat dipengaruhi oleh gadget.
Tantrum dan Speech Delay
Salah satu penyebab speech delay adalah anak tidak bisa mendengar. Sifat anak dasarnya adalah menirukan, ketika dia meniru, anak bisa mengucapkan. Jadi ketika anak tidak bisa mendengar dia akan kesal karena merasa tidak mengerti apa yang dikatakan orang lain. Akhirnya anak juga tidak bisa mengungkapkan apa yang ingin diungkapkan sehingga menjadi bingung, stres, dan marah. Itulah yang membuat anak menjadi tantrum, ketika dia speech delay yang disebabkan oleh gangguan pendengaran.
Jadi ketika sudah dikoreksi dengan alat bantu dengar, saat itulah bisa dilakukan terapi wicara dan terapi perilaku kepada si kecil. Karena anak sempat mengalami fase tidak mendengar dan fase interaksi sosialnya juga terhambat karena anak tidak bisa berkomunikasi dengan siapapun. Hal tersebut tentunya membutuhkan waktu yang lama sehingga membutuhkan kesabaran ekstra dari para orang tuanya. Itulah hubungan antara speech delay dengan tantrum.
Akan tetapi, setiap anak yang belum dapat berbicara dengan lancar akan memiliki gejala tantrum. Sehingga tidak dapat langsung dikatakan sebagai autisme. Karena untuk menyimpulkan seorang anak terkena autisme perlu dilihat gejala autisme lainnya atau jika perlu dapat dibawa ke profesional.
Dampak Tantrum pada Anak
Terdapat efek positif dan efek negatifnya. Efek positifnya anak dapat mengekspresikan perasaannya, fase normal dari perkembangan kepribadiannya, yang terpenting orang tua dapat membuat ikatan (bonding) dengan anak, sehingga ketika anak tantrum tidak menjadi tantrum yang menyakiti dirinya sendiri.
Pengalaman mengatasi tantrum sangat berguna karena bagaimana orang tua masih dapat tenang dalam menghadapi anaknya yang tantrum merupakan suatu pengalaman yang berbeda-beda yang terjadi pada setiap orang tua. Jangan membeda-bedakan anak satu dengan anak lainnya, karena anak itu unik dan mempunyai passion-nya masing-masing, dan orang tualah yang paling tahu sehingga anak dapat mengembangkan dan menjadi anak yang cerdas seperti yang diharapkan para orang tua.
Bunda bisa mencegah upaya tantrum pada anak dengan melakukan 9 Cara Cegah Anak Tantrum, Orangtua Wajib Tahu!